Penulis: Rel/MR | Editor: Marjeni Rokcalva
PADANG - Kekerasan terhadap jurnalis terus terjadi di Indonesia. Data Aliansi Jurnalis Independen (AJI), sejak 2016 terjadi 849 kasus. Jumlah terbanyak bahkan terjadi pada 2020, sebanyak 84 kasus. Kekerasan yang terjadi itu beragam, seperti kekerasan fisik, pengusiran, perampasan alat liputan, pemidanaan, serta doxing.
Salah satu yang terbaru, adalah penganiayaan terhadap Nurhadi, jurnalis Tempo di Surabaya pada 27 Maret lalu. Nurhadi dianiaya, dipukul, disekap, dan dirampas alat kerjanya oleh belasan orang, yang diduga juga melibatkan sejumlah oknum aparat.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang, ikut mengutuk kejadian itu. Menurut ketua AJI Padang, Aidil Ichas, tindak kekerasan kepada siapapun tidak dibenarkan, apalagi terhadap jurnalis yang bekerja dilindungi undang-undang.
"Kita mengajak semua pihak untuk ikut mengawal kasus Nurhadi ini, agar proses hukum terhadap pelaku bisa berjalan semestinya. Jangan kasus ini mengendap, sehingga bisa memicu kasus serupa terjadi", ujarnya.
Mewaspadai terjadinya kekerasan terhadap jurnalis dan kebebasan pers, AJI Padang mengajak para jurnalis, Pers Mahasiswa dan masyarakat sipil di Sumbar, untuk berjuang bersama . Salah satu upaya yang dilakukan, dengan menggelar diskusi daring berseri, dengan tema Ancaman Kekerasan Terhadap Jurnalis dan Pentingnya Keamanan Digital.
"Kita juga mewaspadai ancaman kekerasan secara digital atau doxing, karena sudah ada beberapa jurnalis yang menjadi korban. Identitas dan privasi mereka dipublis ke publik, akun medsos di retas dan sebagainya. Ini juga harus diwaspadai", ujar Aidil.
Diskusi tersebut akan menghadirkan Sasmito Madrim, Ketua Umum AJI dan Joni Aswira, Ketua Bidang Internet AJI, sebagai pembicara. Diskusi berlangsung pada Senin 19 April pukul 16.00 wib, hingga jelang berbuka, yang juga disiarkan langsung melalui akun youtube AJI Padang.
Menurut Aidil, diskusi tersebut merupakan seri pertama dari lima diskusi bertajuk Ngabuburit Jurnalistik yang di gelar AJI Padang. Pada seri berikutnya, akan dihadirkan berbagai tema lain, dengan narasumber seperti jurnalis senior Dandy Dwi Laksono, Dandi Koswara, kepala biro Anadolu Agency Indonesia, Arfi Bambani dari Internews, Endah Lismartini, Ingki Rinaldi dari Kudu Digital dan lainnya.
"Karena berlangsung selama ramadan, kita namakan seri diskusi ini Ngabuburit Jurnalistik. Artinya, menunggu berbuka puasa dengan diskusi yang bermanfaat, Semoga tema yang kami pilih, bisa berguna bagi banyakorang, terutama para jurnalis", ujar Aidil.(Rel/MR)
Komentar