Penulis: ET | Editor: Medio Agusta
Padang-Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan (S3) Universitas Negeri Padang Prof. Dr. Eri Barluan, M.S. mengemukakan terjadinya kematian ikan massal di hulu Sungai Batang Maek Kabupaten Lima Puluh Kota beberapa hari belakangan ini banyak dibicarakan oleh media dan kalangan pemerhati lingkungan. Agaknya, kejadian tersebut adalah berawal dari turunnya hujan deras di daerah hulu Sungai Batang Maek yang menyebabkan air Sungai Batang Maek menjadi keruh dan berlumpur, kemudian ikan mulai mengapung bahkan mati dalam jumlah banyak.
Prof. Dr. Eri Berlian menyatakan hal itu kepada wartawan pagi ini (12/11) di Kampus UNP Air Tawar Padang.
Sehubungan dengan fenomena itu, jelas Prof. Eri Barlian, Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Negeri Padang, Komunitas Mahasiswa Ilmu Lingkungan UNP dan HIMES perlu melakukan diskusi Ilmiah "Kematian Massal Ikan di Hulu Sungai Batang Maek Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota" pada Sabtu minggu ini bertempat di Pascasarjana UNP Air Tawar Padang.
Baca Juga
- Gubernur Mahyeldi Tegaskan Komitmen pada Ekonomi Syariah dan Ramah Lingkungan
- Pemko Payakumbuh Sambut Kedatangan Tim Verifikasi Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan
- Gubernur Sumbar Imbau Stakeholder Terus Berkolaborasi dalam Menjaga Lingkungan
- Apel Bersama Hari Lingkungan Hidup, Pemko Padang Panjang Tanam Pohon dan Bagikan Bibit
- Diskusi SIEJ: Pembicaraan Lingkungan Hidup di Ruang Publik Harus Terus Dilakukan
Menurut Prof. Dr. Eri Barlian, M.S. bangkai ikan tersebut terbawa arus sungai hingga ke Waduk PLTA Koto Panjang. Kondisi kematian ribuan ikan ini yang terjadi di Nagari Tanjuang Puah dan Nagari Tanjung Balik dikhawatirkan memberikan pengaruh buruk terhadap ikan yang masih hidup di waduk yang menjadi salah satu andalan masyarakat setempat mencari nafkah.
Lebih lanjut, kata Prof. Eri Barluan bangkai Ikan yang terbawa arus ke waduk membawa bau busuk, menyengat yang dikhawatirkan oleh masyarakat setempat juga akan memberikan pengaruh buruk terhadap ikan yang masih hidup di waduk. Hal ini akan berdampak luas terhadap perekonomian warga jika tidak segera di antisipasi.
Menurut Prof Eri, diskusi ilmiah ini bertujuan untuk menghadirjan para pihak terkait untuk menyampaikan data informasi terkait fenomena yang terjadi dan mendiskusikannya secara ilmiah.
Narasumber kegiatan ini adalah Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat
Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat
Perusahaan Tambang PT. Berkat Bhineka Perkasa (BBP)
Pemkab 50 Kota dan perwakilan Masyarakat Nelayan Setempat
LSM Lingkungan Hidup WALHI Sumatera Barat
Selain itu, dihadirkan pembahas yakni Ketua PPKLH Universitas Negeri Padang Dr. Indang Dewata, M.Si., Ketua Prodi Ilmu S3 Ilmu Lingkungan selaku Pakar Lingkungan Universitas Negeri Padang, Ketua Prodi Ilmu S2 Ilmu Lingkungan selaku Pakar Lingkungan Universitas Negeri Padang, Prof. Dr. Agus Irianto
Peserta diskusi ilmiah ini adalah Ketua Pusat Kajian Lingkungan Perguruan Tinggi Se-Sumatera Barat, Dinas Perikanan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Pengairan dan Sumberdaya Air Provinsi Sumatera Barat, Balai Wilayah Sungai V Sumatera-Kementerian PUPR, Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat, WWF Central Sumatera, Pekanbaru Riau, Dosen, dan Mahasiswa Peneliti Lingkungan Hidup Perguruan Tinggi se-Sumatera Barat, Dosen dan Mahasiswa Peneliti Perikanan Perguruan Tinggi se-Sumatera Barat, Dosen dan Mahasiswa Peniliti Geografi perguruan Tinggi se-Sumatera Barat, Dosen dan Mahasiswa Peneliti Pertambangan Perguruan Tinggi se-Sumatera Barat, Dosen dan Peneliti STTIND Kota Padang, BPBD Provinsi Sumatera Barat, Asosiasi Ahli Lingkungan PERTALINDO, Asosiasi INKALINDO, Asosiasi FDAS Provinsi Sumatera Barat. (ET)
Komentar