Penulis: Marjeni Rokcalva
KABUL - Mujahidin Taliban menyatakan perang di Afghanistan sudah berakhir setelah kelompok itu menduduki istana kepresidenan di Kabul pada Minggu (15/8).
"Hari ini adalah hari besar bagi rakyat Afghanistan dan mujahidin (Taliban). Mereka menyaksikan buah dari upaya dan pengorbanan mereka selama 20 tahun," ujar juru bicara Kantor Politik Taliban, Mohammad Naeem, kepada Al-Jazeera, yang dikutip Reuters, Senin (16/8).
Ia kemudian berkata, "Terima kasih, Tuhan. Perang di negara ini telah berakhir."
Naeem kemudian mengatakan bahwa Taliban akan menyusun bentuk pemerintahan baru di Afghanistan setelah mereka berkuasa. Ia menyebut Taliban ingin membangun hubungan internasional dan tak hidup dalam isolasi.
"Kami telah mencapai apa yang kami cari, yaitu kebebasan negara kami, dan kemerdekaan rakyat kami," ucap Naeem.
"Kami tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah kami untuk menargetkan siapa pun, dan kami tidak ingin menyakiti orang lain."
Naeem juga mengatakan Taliban akan mengadopsi kebijakan internasional non-intervensi dua arah.
"Kami kira bahwa pasukan asing akan lagi mengulangi pengalaman gagal mereka di Afghanistan sekali lagi."
Salah satu pemimpin Taliban juga mengatakan, mereka sudah berkumpul di berbagai provinsi dan menunggu pasukan asing keluar dari Afghanistan.
Di samping itu, Taliban memerintahkan anggotanya untuk mengizinkan warga Afghanistan melakukan kegiatan sehari-hari dan tidak melakukan apapun untuk menakut-nakuti warga sipil.
"Kehidupan normal akan berlanjut dengan cara yang jauh lebih baik. Hanya itu yang bisa saya katakan untuk saat ini," katanya kepada Reuters.
Kondisi di Afghanistan, terutama di Kabul, dilaporkan sedang tidak karuan. Banyak warga diliputi rasa takut dan panik luar biasa.
Ratusan warga dilaporkan menyerbu bandara udara Kabul. Mereka menggeret barang bawaan dan berdesak-desakan agar bisa mendapat tempat di salah satu penerbangan komersial terakhir di negara itu.
Namun kemudian, Amerika Serikat mengambil alih kontrol bandara tersebut. Mereka mengerahkan 6.000 personel untuk membantu mengevakuasi para diplomat dan warga Afghanistan yang memiliki visa khusus dari negara tersebut.
"Bagaimana mereka bisa menguasai bandara dan mendikte syarat dan ketentuan untuk Afghanistan," kasta salah satu aktivis hak asasi manusia yang berusaha menuju Pakistan, Rakhshanda Jilali.
"Ini adalah bandara kami, tapi kami melihat diplomat dievakuasi, sementara kami menunggu dalam ketidakpastian."
Sementara itu, 66 negara mendesak agar semua orang yang akan meninggalkan negara itu dijamin keamanannya.
"Rakyat Afghanistan layak untuk hidup dalam keselamatan, keamanan dan martabat. Kami di komunitas internasional siap membantu mereka," jelas pernyataan bersama itu.
Warga Afghanistan memilih meninggalkan negaranya agar tak merasakan lagi pemerintahan di bawah kendali Taliban. Namun, Taliban berusaha menggambarkan dirinya dengan wajah baru yang lebih moderat.
"Kami siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afghanistan dan akan menjamin perlindungan yang diperlukan," kata Naeem.
Taliban berhasil menduduki Kabul dan Istana Kepresidenan kemarin, Minggu (15/8).
Sementara itu, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, memilih kabur demi menghindari pertumpahan darah. Beberapa warganet menganggap tindakan itu sebagai pengecut lantaran lari saat kekacauan tengah terjadi. (Jen)
Sumber: cnnindonesia.com
Komentar