Bermula untuk Konsumsi Pribadi, Roti Tenonk Jadi Kuliner Favorit di Padang Panjang

Penulis: NURJANATIL HUSNI/Lex | Editor: Marjeni Rokcalva

HADIR sejak 2007, tidak banyak yang tahu sejarah Roti Tenonk, salah satu kuliner ngetop di Kota Padang Panjang. Dari awalnya coba-coba, untuk konsumsi pribadi, roti ini disukai banyak pembeli sehingga bertahan hingga kini.

Syafriadi, salah satu pengelolanya menceritakan adalah Adrian yang punya ide membuat roti ini pertama kali. Mulanya ia membuatnya untuk konsumsi pribadi. Lantaran citarasanya beda dan belum ada yang mengkreasikan pengolahan roti dengan sistem digoreng pakai topping ini, maka muncul ide untuk menjualnya untuk khalayak umum.

Dibukalah lapak pertama dengan menggandeng Jerri untuk memodali usaha tersebut. Di Pasar Pusat dia berjualan, di kawasan kuliner lama menggunakan gerobak. Sekarang, usaha kuliner ini diteruskan sahabat-sahabatnya; Syafriadi, Nofrizal Jil, Andre Lepoh dan Nofrisal Noik di Pasar Kuliner (Paskul) Padang Panjang.

Di Paskul, mereka menggunakan dua tenda yang telah disediakan Pemko. Berjualan di Paskul kurang lebih 6 tahun, sejak tahun 2016, jajanan roti ini mulai dibuka melayani pembeli sekira pukul 16.30 WIB dan tutup pukul 24.00 WIB.

"Usaha ini sebenarnya bukan usaha pribadi, tapi usaha bersama dengan sistem bagi hasil sesuai pendapatan," sebut Syafriadi.

Nama Roti Tenonk, ungkap Syafriadi, bermula dari gelar Adrian yang biasa dipanggil Tenonk oleh kawan-kawannya. Sehingga, ketika memulai usaha nama Tenonk disematkan dalam brand usaha rotinya. Gelar Tenonk seolah menjadi berkah bagi usaha mereka. Jadilah Roti Tenonk yang kita kenal saat ini.

Proses pembuatan Roti Tenonk ini, roti tawar dicelupkan ke adonan telur, lalu digoreng dengan api sedang. Kemudian, diberi topping berupa susu, gula, keju, dan meses. Untuk Roti Tenonk spesial, akan ditambah topping pisang yang digoreng sama seperti roti tawar tersebut.

Selain cita rasa roti yang nikmat dan unik, Roti Tenonk juga tergolong ramah di kantong para pembeli. Dengan harga Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per porsi, kita sudah bisa menikmatinya.

Lapak Roti Tenonk selalu ramai pembeli, bahkan mereka rela antre dan duduk di kursi yang disediakan di area tenda lapak Roti Tenonk. Mereka juga menerima delivery yang rata-rata pesanan perhari sekitar 20 porsi bahkan lebih.

"Setiap harinya, kami bisa menjual sekitar 300-500 porsi. Tapi, dimasa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) omzet Roti Tenonk turun drastis. Biasanya bisa menghabiskan sekitar 50 pack roti tawar. Namun, ketika PPKM hanya berkisaran 20 pack bahkan sampai 15 pack roti per harinya," sebut Syafriadi.

"Semoga PPKM tidak ada lagi. Semoga pandemi cepat berakhir. Dan semoga usaha ini bisa lebih berkembang ke depannya" harap Syafriadi. (NURJANATIL HUSNI/Lex)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru