Penulis: *** | Editor: Marjeni Rokcalva
ADALAH luar biasa menarik, di sela-selah diskusi seni saat saat saya dan Sexri Budiman (musisi) bertemu Adri Sandra (penyair) dan anak muda yang juga salah seorang birokrat Doni Saputra (kini sekretaris Dinas Pariwisata dan Olah Raga) kota Payakumbuh, bertemu dalam satu kesempatan di Agamjua Art dan Caulture Cafe Payakumbuh (17/09/21) selain membicangkan rencana pameran seni rupa perupa asal Sumatera Barat di lokasi ini, 8 sd 13 November 2021 mendatang.
Juga menyinggung soal perlunya memikirkan untuk mewujudkan "Rumah Puisi Chairil Anwar" sekaitan memperingati 100 tahun hari kelahiran tokoh pelopor Angkatan 45, Chairil Anwar (26 Juli 1922 - 26 Juli 2022). Meskipun ide ini mungkin pernah terlontar dari sejumlah tokoh, namun tak ada salahnya jika kita mengingat-ingatkan kembali.
Betapa tidak Chairil Anwar yang terkenal dengan karya-karya sastranya adalah sosok yang melegenda khususnya bagi para pencinta sastra bukan hanya milik Sumatera Barat dan merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dariKabupaten Lima Puluh Kota,Sumatra Barat.
Ayah Chairil Anwar merupakan Bupati Indragiri,Riauyang tewas dalamPembantaian Rengat. Dia masih memiliki pertalian keluarga denganSoetan Sjahrir,Perdana Menteri pertama Indonesia.Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya,namun Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apapun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya (Wikipedia).
Banyak hal dari kisah hidupnya yang sangat singkat, dapat dipetik dari sepenggal perjalanan Chairil dalam dunia kesusastraan Indonesia.
Betapa tidak Chairil Anwar urang awak asli urang Luhak Limopuluah, Sumatera Barat menjadi salah seorang pelopor angkatan 45 karena sifat dan kemauannya yang keras kerap membuat orang memandang bahwa ia merupakan sosok yang terus membara, meluap-luap dan tidak mau dikalahkan.
Meskipun kepergian untuk selama-lamanya Chairil Anwar relatif terlalu cepat dalam usia 26 tahu, tetapi tetapi karya-karyanya tetap abadi hingga kini. Bahkan dalam catatan yang dapat kita telusuri dari HB Yasin (kritikus sastra dan juga seorang dosen sastra Indonesia) salah seorang sahabat dekatnya menyebut, Chairil Anwar adalah salah seorang tokoh penting sastra dan penyair pelopor Angkatan '45 dan sangat dikenal dengan karya-karyanya hingga kini.
Bahkan Sapardi Djoko Damono pernah mengatakan bahwa Chairil Anwar merupakan sosok penyair penting di Indonesia yang memiliki kecerdasan tinggi. Chairil dianggapnya sebagai sosok yang memiliki seperangkat ciri seniman: tidak memiliki pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, selalu kekurangan uang, penyakitan dan tingkah lakunya menjengkelkan.
Tetapi karyanya yang luar biasa menunjukkan bahwa ia mampu tumbuh dengan sangat cepat, dan raganya juga layu dengan cepat. Ia banyak bergaul dengan sejumlah seniman dalam bidang apa pun sehingga pada zamannya ia paling banyak dikenal di antara seniman yang ada.
Chairil Anwar, hidup dalam dunianya yang ia tuangkan dalam goresan-goresan pena. Kini ia benar-benar akan terus hidup seribu tahun lagi di hati setiap pengagumnya.
Akan hal ini saya menjadi teringat dengan ucapan Bung Karno ; "bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa-jasa para pahlawannya".
Chairil Anwar adalah satu diantara pahlawan pelopor Angkatan '45 dan sangat dikenal dengan karya-karyanya.
(***)
Komentar