Penulis: Marjeni Rokcalva
SIJUNJUNG - Belasan Emak-emak Jorong Kototuo, Nagari Lubuktarok, Kecamatan Lubuktarok, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, ramai-ramai turun ke jalan memportal badan jalan terhadap akses truk pengangkut batu bara, pada Sabtu (20/11/2021).
Alasannya, kendaraan berat ini diyakini berpotensi mempercepat kerusakan fisik jalan hingga akhirnya kembali punya jalan buruk. Penyetopan akses kendaraan berat ditandai dengan menaruh bangku-bangku kayu di tengah badan jalan, seraya secara bersama-sama mereka berjaga-jaga di sekitar lokasi. Begitu lewat kendaraan, khusus truk bermuatan batu bara, langsung distop, disuruh berputar putar-balik.
Informasi di lokasi kejadian, aksi nekat tersebut kaum emak-emak ini sudah berlangsung sejak beberapa hari terakhir. Menyusul selesainya proses pembangunan (proyek) rigit beton di jorong tersebut yang dibiayai dengan pagu dana APBD tahun 2021 melalui dana aspirasi (pokok pikiran) Anggota Dewan (DPRD) Kabupaten Sijunjung.
Aksi ini Sabtu (20/11/2021) siang sempat terjadi keributan antar kaum ibu-ibu dengan seorang sopir truk. Dimana ketika hendak melintas sehabis mengisi muatan dari dalam area tambang batu bara (masih dalam kawasan Kototuo-red), laju kendaraan truk, jenis tiper, secara bersama-sama distop, seraya badan jalan dipalang menggunakan bangku-bangku kayu.
Penutupan jalan ini, kata emak-emak ini, selama ini warga sudah cukup menderita punya jalan buruk (jalan tanah), dan baru kini dapat dibangun rigit beton oleh Pemerintah Kabupaten Sijunjung.
Tidak terima di-stop, sang sopir truk pun ikut terpancing emosi, bahkan naik pitam, hingga kursi kayu dilempar ke tepi jalan. Ia bersikukuh juga berhak berlalu-lalang, pakai kendaraan apa pun, karena jalan umum adalah milik umum.
"Kami tidak ingin badan jalan kampung ini harus kembali hancur sepeti dulu lagi akibat dilalui kendaraan-kendaraan berat, rumah-rumah penduduk diselimuti debu, bila turun hujan jalanan berlumpur.
Sejak bertahun-tahun berharap, baru kini dapat terealisasi (dibangun) oleh pemerintah daerah. Ketika hancur, tidak ada pihak mau bertanggung jawab," serbu para ibu-ibu pada sang sopir.
Merasa tidak bisa diajak kompromi, sang sopir yang juga merupakan warga Nagari Lubuktarok, minta agar pihaknya berunding dengan sesama kaum laki-laki. Namun permintaan itu diabaikan para emak-emak yang berkerumun di lokasi penyekatan.
Fenomena ini, dalam bentuk rekaman video, sepanjang hari kemarin juga sempat viral di media sosial (fecebook) akun milik seorang warga.
Penyetopan truk tersebut diinformasikan adalah kejadian kesekian kalinya dilakukan kaum Ibu-ibu Jorong Kototuo, Nagari Lubuktarok. Sebagai puncak kekesalan hingga bersepakat menempuh cara demikian.
Tak lama berselang, tim perangkat nagari bersama kepala jorong turun menengahi persoalan, selanjutnya digelar musyawarah bersama.
Wali Nagari Lubuktarok, Zuriatman, saat dikonformasi wartawan (anton padek-red) via telpon sellularnya, membenarkan adanya kejadian tersebut. Untuk proses penyelesaian lebih lanjut, Zuriatman mengaku telah memerintahkan kepala jorong berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk pihak perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di nagari setempat.
"Saya kebetulan sedang tidak sehat (sakit), maka saya perintahkan kepala jorong untuk menengahi persoalan itu. Namun bagaimana hasilnya, sampai sekarang saya belum dapat kabar," ujarnya.
Sempat dijelaskan Wali Nagari, batu bara yang diangkut truk-truk melewati Jorong Kototuo berasal dari sebuah kawasan tambang yang dikelola oleh sebuah perusahaan milik investor asal luar daerah. Pada tahun 2015 operasional tambang sempat terhenti akibat suatu persoalan, dan sekarang kembali mulai beroperasi.
Secara aturan dan legalitas usaha, pihak perusahaan telah memenuhinya, termasuk bagi hasil untuk nagari, unsur tokoh masyarakat, ninik mamak, pemuda, hingga uang "debu" bagi warga/masyarakat yang terkena dampak lingkungan. Sejak adanya aktiviyas penambangan, seyogyanya cukup membantu perekonomian masyarakat.
"Pihak perusahaan rasanya sudah memenuhi segala ketentuan, termasuk sejumlah permintaan / tuntutan masyarakat. Soal dampak jalan rusak, perusahaan pun berjanji bertanggungjawab memperbaikinya secara berkala," ujar Zuriatman pula.
Terkait tuntutan masyarakat menyetop truk melintas di salah-satu titik Jorong Kototuo, tidak dipungkiri itu hal wajar. Karena badan jalan kebetulan baru selesai dibangun, maka dikhawatirkan belum punya kekuatan/ daya tahan maksimal. Panjang keseluruhannya sekitar 1 km.
"Pasca selesai dibangun, badan jalan tersebut kini masih dalam tahap pemeliharaan, yakni selama 180 hari," pungkas Wali Nagari, Zuriatman.
Sabtu (20/11/2021) malam, sejumlah tokoh masyarakat, pemuda, dan pihak masyarakat dan kepala jorong setempat berumbuk. Warga tetap bersikukuh agar angkutan batubara tidak melakukan aktivitas dijalan tersbut.
(ius)Sumber:
JurnalSumbar.com
Komentar