Benarkah Karya Seni Rupa Sumbar Belum Mampu Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri?

Penulis: Marjeni Rokcalva

Catatan Muharyadi

Setidaknya terdapat sejumlah kegiatan pameran seni rupa yang digelar di Sumatera Barat dalam tahun 2021 ini sebagai agenda penting ranah kebudayaan dalam persepektif seni dengan segala fenomenanya. Baik di galeri Taman Budaya Sumbar maupun di beberapa titik kota/kabupaten di daerah ini.

Di galeri Taman Budaya Sumatera Barat, Jalan Diponegoro 31 Padang, terdapat empat agenda pameran selama tahun 2021 yakni ; pameran empat pelukis kaligrafi Islam Amir Syarif dan kawan-kawan dengan mengangkat tema #Ekspresi Religius sejak 15 hingga 20 September 2021. Disusul kemudian Festival "Merawat Ingatan" Pekan Kebudayaan Derah (PKD) 1 sd 5 Oktober 2021, pameran matrilini bertajuk "Icon" 22 sampai 29 November 2021 dan pameran besar seni rupa Sumatera Barat di Agam Jua Art Culture Cafe Payakumbuah, 8 sd 13 November di Payakumbuah.

Belum lagi termasuk sejumlah kegiatan yang digelar komunitas seperti Tambo Art Center di PDIKM Padangpanjang, kegiatan Rumah Ada Seni (RAS) dan Dangauseni di Padang, serta Sanggar Nagari di Sungai Liku di Balai Selasa, Pesisir Selatan dan pameran rutin institusi pendidikan tinggi seni seperti seni rupa, FBS UNP Padang dan ISI Padangpanjang.

Dari catatan kita, kongritnya semangat berkarya seni rupa, berpameran dan berkarya lagi di kalangan seniman seni rupa di Sumatera Barat saat pandemi covid.19 tahun kedua ini memperlihatkan frekwensi yang cukup tinggi ditandai dengan banyaknya lahir karya-karya terbaik sepanjang ruang dan waktu.

Karya-karya terbaik tersebut bukan hadir begitu saja kepermukaan, tanpa adanya perjuangan dan pergulatan panjang di ranah kreativitas para seniman dalam menggali, menyiasati dan mengungkapkan nilai-nilai yang dipaparkan kepermukaan baik dari aspek tema/konsep, bentuk dan makna karya yang diusung kepermukaan.

Semuanya tidak terlepas dari hasil pengamatan serta interaksi dengan lingkungan atau alam sekitarnya yang berangkat dari pengalaman masing-masing individual. Pengamatan terhadap realitas dianggap penting karena berkaitan dengan ide, keinginan dan lainnya. Realitas yang ada dihadapan baik dalam masalah sosial, kemiskinan, ekonomi, politik, budaya atau masalah keseharian menjadi sesuatu yang menarik diwacanakan. Kepekaan terhadap realitas menjadi teramat penting.

Konsep berkarya seni rupa identik dengan melakukan pengamatan terhadap realitas, baik datang dari dalam maupun luar diri sendiri. Selama ini sering mengemuka pertanyaan ; "kegiatan apakah yang paling kuat dan bisa dituangkan dalam karya?".

Seseorang biasanya didahului menuangan konsep karya dengan menggores-gores sejumlah sketsa di atas kertas atau bidang dua dimensi. Dari banyak sketsa terdapat beberapa pilihan hingga mengerucut menjadi satu pilihan berdasarkan hasil analisis aspek visual dan konseptual. Usai tahapan ini, ekspresi diri seharusnya sudah cukup untuk dituangkan ke dalam karya.

Tetapi seiring perkembangan dan perubahan zaman, seni juga mengalami berbagai perubahan dan dinamika. Ketika berbicara mengenai seni memang tak akan ada batasan tersendiri dan tak akan habis-habisnya untuk dibahas atau didiskusikan, karena seni merupakan wujud ekspresi dalam menumpahkan imajinasi yang mungkin saja berisikan paparan cerita, tentang cinta, tentang keindahan, curahan hati atau persoalan yang melingkari pencipta karya seni, ujar Muharyadi.

Mengambil contoh melukis, mematung atau menciptakan karya seni lainnya bukan hanya sebatas menuangkan ide/imajinasi kepermukaan menjadi karya, tanpa menyentuh substansi konsep dan makna karya secara utuh. Konsep dapat ditelisik dari persoalan kakikat seni rupa, serta aspek-aspek lain di dalamnya. Makna simbol merupakan representasi pencipta, misalnya apa yang ditawarkan kepada penikmat atau publik hingga pemahaman karya benar-benar komunikatif antara karya seni dan penikmat.

Melihat perkembangan kekaryaan yang digeluti teman-teman seniman seni rupa di Sumatera Barat tidak berjalan seimbang dengan semangat berkumpul dan ber organisasi melalui komunitas atau perkumpulan.

Karya-karya seniman seni rupa terutama yang berada di Sumatera Barat dengan segala kelebihan dan kekurangannya sesuai sifatnya yang lebih manusiawi dan tidak diragukan lagi. Karena rata-rata seniman seni rupa yang berpameran, berkarya dan berpameran lagi di daerah ini setidaknya telah memiliki pengalaman empiris yang luar biasa terhadap apa yang direspon kepermukaan ditandai banyak iven atau pameran yang diikuti masing-masing perupa.

Hal yang menarik dari kegiatan pameran seni rupa selama ini, muncul pertanyaan publik ; adalah seberapa banyak karya-karya terbaik hasil penjelajahan kreativitas seniman bisa dikoleksi oleh kolektor atau setidaknya bagi pemprov, pemkab/pemkot se Sumatera Barat sebagai aset berharga di masing-masing OPD?

Hal ini pulalah yang belum terjawab dengan pasti. Karena di Sumatera Barat baru ada kegiatan pameran, berkarya dan pameran lagi. Kalau pun ada dikoleksi karya-karya terbaik tersebut, lebih kepada hubungan person antara seniman dan pengoleksi karya seniman itu sendiri.

Bahkan sejak lebih tiga tahun silam saat Gunernur dan Wakil Gubernur Sumbar masih di jabat Irwan Prayitno dan Nasrul Abit (alm), melalui stackholder yang ada seringkali ada himbauan, ajakan bahkan diperkuat rekomendasi Gubernur dan Wakil Gubernur, agar OPD, BUMD dan BUMN yang ada di Sumatera Barat turut mengoleksi karya-karya terbaik para seniman sebagai aset berharga masing-masing OPD dan BUMD dan BUMN. Tetapi belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Karena itulah tak heran sesungguhnya, jika kerangka berfikir dan sudut pandang atau paradigma kita terhadap kesenian -- seperti seni rupa -- tetap saja berbeda dan bersilang jauh melalui hasil perjalanan kesenian sebagai entitas yang teramat kongkrit sekaligus abstrak dalam peradaban manusia. (***)

Muharyadi, Pengamat seni rupa, jurnalis dan kurator tinggal di Padang

Loading...

Komentar

Berita Terbaru