Penulis: Hms/MR | Editor: Marjeni Rokcalva
JAKARTA - Gagasan Bupati muda se Indonesia Sutan Riska Tuanku Kerajaan menggelar festival Pamalayu, mendapat apresiasi yang sangat tinggi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini terungkap dalam sambutan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, saat membuka lounching festival Pamalayu, di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (22/8).
"Gagasan Pemerintah Kabupaten menggelar Festival Pamalayu berkontribusi kepada Indonesia sebagai sebuah bangsa, " ungkapnya yang disambut tepuk tangan dari peserta yang hadir.
Dikatakan Hilmar, gagasan Dharmasraya lewat Festival Pamalayu tentu akan membuka cakrawala baru tentang sejarah Dharmasraya yang sangat berkontribusi bagi Indonesia.
"Kita tentu perlu melihat kembali peristiwa bersejarah dalam sejarah kita dengan cara pandang yang mungkin berbeda dari apa yang selama ini kita kenal," jelasnya.
Lebih lanjut kata Hilmar, ekpedisi dalam historiografi dan penulisan sejarah Indonesia adalah istilah yang dipakai oleh orang Belanda ketika membicarakan ekspansi kekuasaan mereka di seluruh Nusantara.
"Jadi ekpedisi bukan serangan atau agresi, tapi ekspedisi militer namun saat ini yang kita ketahui bahwa Ekspedisi merupakan penaklukan, " Benernya.
Nah jadi, kata Hilmar, ekspedisi Pamalayu dianggap penakhlukan karena bernama ekspedisi.
"Adanya istilah ini tentu perlu kita cermati dan tentu ini sangat penting dalam penulisan sejarah, biasanya dalam histografi, kita akan berhadapan dengan soal-soal semacam ini, " bebernya.
Dikatakan Hilmar, Ditjen Kebudayaan memikirkan, untuk menulis kembali sejarah nasional. Hal tersebut agar tidak dilupakan generasi saat ini dan ini telah dimulai oleh Kabupaten Dharmasraya.
"Ada kebutuhan yang cukup mendesak untuk memperbarui penulisan sejarah nasional kita. Melihat kembali hal-hal yang terjadi di masa lalu. Melihat istilah-istilah yang digunakan di masa lalu dan Dharmasraya telah memulai itu dan kita sangat mengapresiasi,"tegasnya.
(Hms/MR)
Komentar