Penulis: Marjeni Rokcalva
BUKITTINGGI - Tak lengkap rasanya, bila berkunjung ke Bukittinggi, Sumbar belum melihat pesona Ngarai Sianok, bentukan alam yang maha indah buatan Sang Pencipta.
Dinukil dari Wikipedia.org, Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan Kota Bukittinggi, di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan Ngarai Koto Gadang sampai ke nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di Kecamatan Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang sangat indah dan juga menjadi salah satu objek wisata andalan provinsi.
Ngarai Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini.
Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yang disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari nagari Lambah sampai jorong Sitingkai nagari Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, dan juga tapir.
Ngarai Sianok adalah lembah selebar 200 m di antara dua tebing terjal dengan ketinggian seratus meter. Lembah yang dialiri sungai Batang Sianok ini mengular sepanjang 15 km membentuk kawasan yang subur nan hijau.
Bentangan Ngarai Sianok secara geologi berbentuk full graben, dimana lapisan batuannya merenggang hingga bagian tengahnya mengalami penurunan/ambles. Gerakan yang sering disebut tensional itu terjadi pada Kala Eosen hingga Oligosen atau sekitar 25 hingga 55 juta tahun lalu.
Perenggangan yang dialami Ngarai Sianok selanjutnya disusul gerakan pengangkatan lapisan batuan. Hal inilah yang membuat Ngarai Sianok kini berada di wilayah pegunungan.
Saat Kala Pliosen hingga Resen atau sekitar lima juta hingga 10.000 tahun lalu, Gunungapi Purba Maninjau meletus. Muntahannya yang berupa material piroklastik ignimbrite membanjiri Ngarai Sianok. Kejadian tersebut bahkan terulang hingga tiga kali dan menciptakan lapisan tanah yang subur.
Ngarai Sianok kini telah dijadikan sebagai salah satu dari sembilan dentinasi wisata geologi dalam Geopark Sumatera Barat. Banyak orang mengunjunginya untuk menikmati panorama alam ataupun kesejukan udaranya.
Meski demikian, warga setempat masih memanfaatkannya untuk kawasan pertanian. Mereka juga menjaga agar Ngarai Sianok tetap lestari.
(Jen)Sumber: berbagai sumber
Komentar