Penulis: *** | Editor: Marjeni Rokcalva
SUDAH lama saya tidak ke Mentawai. Dulu pernah pada tahun 1999, bersama Kabiro Humas Pemprov Sumbar, Zul Khaidir (almarhum). Masa itu sejumlah pejabat kantor Gubernur Sumbar, melihat kesiapan pembangunan Tua Pejat, yang jadi Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Mentawai. Beberapa bangunan pemerintah sedang dibangun. Masih lengang. Rumah rumah warga banyak dari kayu.
Kami bersama sama naik kapal KMP Barau dari Pelabuhah Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Semalam lamanya di kapal yang sarat muatan barang barang pedagang itu. Berangkat pukul 20:00. Tiba pukul 07:00 pagi. KMP Barau cukup besar. Bisa muat banyak sepeda motor dan beberapa mobil di lambungnya. Pelayaran terasa nyaman bersama kapal ini.
Selanjutnya, dari Pelabuhan Tua Pejat, kami dibawa pula belayar sampai ke Sikabaluan. Lumayan jauh. Tapi enak dan nyaman melihat laut dan tepian pulau yang dilewati. Waktu itu, Sikabaluan belum ramai. Saya ingat ada orang Pariaman buka kedai menjahit dekat kantor Camat Sikabaluan. Tidak besar kedainya, dia sendiri saja menjahit. Dia sempat bertanya. Apa keuntungannya kalau Mentawai jadi kabupaten?
Saya jawab seadanya, "Urusan masyarakat akan lebih mudah. Tidak perlu lagi jauh jauh ke Pariaman mengurus keperluan, seperti surat surat yang diperlukan."
"Oh, itu saja," balasnya sambil menggosok kain jahitan dengan kuku ibu jari tangan kanannya.
"Kalau pembangunan, nanti Bapak rasakan sajalah sendiri," tambah saya sambil mengalihkan pembicaraan. Saya tak ingat lagi apa yang kami bicarakan selanjutnya.
Kini sudah 20 tahun lebih, saya datang kembali ke Mentawai bersama rombongan Guberur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah dan Walikota Padang Panjang Fadly Amran. Ternyata Tua Pejat sudah ramai. Sudah ada penginapan. Banyak toko. Banyak kafe tempat minum. Banyak tempat makan nasi. Sudah banyak pula bangunan warga dari beton.
Kabupaten Kepulauan Mentawai dibentuk berdasarkan UU RI No. 49 Tahun 1999. Tanggal 4 Oktober 1999. Sebelumnya, Mentawai masih bagian dari Kabupaten Padang Pariaman. Kini rombongan gubernur datang dalam rangka Rakor Bupati/Walikota se Sumatera Barat, 7-8 Maret 2022. Sekaligus Malam Pelepasan Purna Tugas Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet, S.E., M.M.
Yudas adalah Bupati Kepulauan Mentawai dua periode: 2011--2016 dan 2017--2022. Sebelumnya dia pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Kepulauan Mentawai periode 2006--2011, masa periode kedua Bupati Edison Saleleubaja. Masa tugasnya berakhir Mei nanti.
Perjalanan ke Mentawai
Pagi Senin, (7/3), pukul 07:00, rombongan Gubernur, Forkopimda Provinsi, Bupati/Walikota, Narasumber dari Jakarta, Peserta Rakor, naik kapal Mentawai Fast. Sebelumnya seluruh rombongan ikut Test Rapid Antigen difasilitasi Pemda Mentawai.
Saya lihat karcis tempat duduk saya di bangku nomor V04H. Kata petugas itu ruang vip. Tapi saya pilih, biarlah di galadak (deck) atas saja. Supaya lepas pemandangan. Bisa pula menghirup udara segar.
Saat ini ke Mentawai dengan Kapal Cepat Mentawai Fast, waktu tempuh 3,5 jam saja. Berangkat pukul 07:00 tiba di Tua Pejat 10:30. Harga tiket Rp 250 ribu sekali jalan. Fasilitas ini pula yang mendukung potensi wisata alam dan budaya Kepulauan Mentawai, untuk dikunjungi wisatawan.
Traveler bisa menjelajahi 4 pulau utama di Mentawai: Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan. Kalau ke Mentawai, dengan Kapal Mentawai Fast, beli tiketnya di Pelabuhan Muara, Padang. Berangkat : Senin, Rabu, Jum'at ke Tua Pejat. Selasa, Kamis, Sabtu ke Siberut. Hari Ahad ke Sioban dan Tua Pejat.
Ketika memilih tempat di deck menuju Tua Pejat, saya berjumpa Eki Hari Purnama, Kadis Kominfo Kabupaten 50 Kota. Kami sama jadi wartawan di masa muda dulu, pertengahan tahun 1990-an. Eki wartawan Harian Singgalang. Saya Mingguan Limbago dan Harian Terbit. Kami sering mendampingi kunjungan kerja Gubernur Hasan Basri Durin ke luar daerah.
Selain Eki saya juga jumpa Eri Sanjaya, Kadis Pariwisata Kota Padang. Dengan Eri saya sama kuliah S2 di Fisip UGM tahun 2001-2003. Eri tugas belajar dari Pemerintah Kota Padang. Saya tugas belajar dari Kantor Gubernur Sumbar.
Banyak lagi penumpang lain yang memilih di deck kapal Mentawai Fast. Ada Mardiansyah Ketua DPRD Padang Panjang. Gubernur Mahyeldi juga naik ke deck, sebelum mendarat. Banyak yang minta foto bersama dengan Buya Mahyeldi.
Tak terasa waktu terus berjalan. Pagi itu udara tidak panas. Tidak juga hujan. Mendung memberi teduh. Nikmat Tuhan mana lagi yang akan didustakan. Suasana pagi yang indah di lautan lepas.
Pukul 10.30 WIB, penumpang turun di Pelabuhan Tua Pejat. Tuan rumah sudah menunggu dengan kertas karton bertulis nama daerah yang datang.
Sampai di Mentawai
Setelah mendarat, rombongan gubernur, ramah tamah dan makan siang dengan Bupati Kepulauan Mentawai. Ikut juga Narasumber, Bupati/Walikota, Forkopimda Provinsi, Forkopimda Mentawai, DPRD Kab/Kota di Aula Kantor Bupati Kepulauan Mentawai. Rombongan VIP ini disambut Tari Turuk Laggai & Pengalungan Inu di depan kantor bupati.
Sedangkan rombongan lainnya, termasuk dari Padang Panjang, Asisten satu Syahdanur, Kepala Bappeda Rusdianto, Kadis Pariwisata Maiharman, Kabag Pemerintahan Reflis dan Kabag Umum Fahandy Ramadhona beserta yang lainnya, disambut di Aula Kantor Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Mengisi waktu siang, Gubernur Sumatera Barat dan rombongan, melakukan penanaman mangroove, penyerahan traktor dan bibit jengkol di Daerah Goisooinan. Selanjutnya kunjungan ke Proyek Bandar Udara Rokot.
Nasi Kapau Ala Mentawai
Kunjungan ke Bandara Rokot itu, gubernur hanya didampingi Bupati/Walikota se Sumbar dan tim kecil saja. Sementara kami yang dari Padang Panjang, singgah di rumah makan masakan kapau di km 4 Tua Pejat.
Pelayan rumah makan ini namanya Arwin. Kami sapa dia Mak Win. Umurnya hampir 70 tahun. Dia berasal dari Tanjuang Alam, Agam. Baru dua bulan Mak Win di Mentawai dibawa keponakannya, yang buka warung nasi sejak dua tahun lalu.
Semula membaca tulisan papan nama masakan kapau, kami bayangkan ada gulungan usus besar padat berisi campuran tahu dan telor. Atau ada dendeng kering, atau pangek ikan dengan kuah gulai nangka.
Tengah hari, belum makan dari pagi, rasanya cocok sekali makan nasi kapau. Karena itu pula kami singgah di warung Mak Win. Rupanya, setelah kami duduk menunggu hidangan, Mak Win hanya meletakan ayam bakar dan kuah gulai pakai lobak saja.
"Hanyo iko nan ado hari kini. Tapi cubolah dulu lamak mah," kata Mak Win meyakinkan kami.
Kami baca di dinding warung Mak Win daftar menu. Semuanya ada 23 macam. " Ba a kok ndak ado nan lain ko, Mak Win?" tanya kami.
"Kini ikan payah. Dagiang maha. Biasonyo nan lain tu ado. Tapi hari kini yo ndak ado," jawab Mak Win santai penuh keakraban. Sepertinya Mak Win sudah mahir bersilat kata.
Akhirnya kami makan juga hidangan Mak Win: ayam panggang, gulai kuning kuah lobak. Ternyata rasanya memang enak. Maknyus. Mungkin karena perut kami lapar. Sehingga bisa juga makan bertambuh hingga kenyang. Harga nasi pun menenggang. Hanya Rp.20 ribu per orang.
Dijamu Kominfo Mentawai
Sebelum magrib, pesan masuk ke WA saya dari Kadis Kominfotik Sumbar, Jasman Rizal. Dia mengundang untuk berjumpa dengan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kementerian Kominfo RI, Usman Kansong di Sikokong Kafe, Mapadegat, pukul 19.00 WIB.
Setelah shalat magrib, saya naik ojek motor di depan Masjid Assalam Tua Pejat. Membaca tulisan assalam, saya teringat mushalla As Salim di Penpes Darul Ulum, Padang Magek Tanah Datar, yang kini masih belum selesai meski sudah dipakai.
Tukang ojek mintak ongkis Rp.25.000. Jarak tempuh sekitar 7 km. Saya setuju saja. Bersama saya ikut Rina Endaharti Kabid IKP Kominfo Kota Padang. Kami diantar dua unit ojek ke alamat jelang malam itu.
Setelah menempuh jalan aspal, belok ke kanan jelan tanah. Akhirnya kami diturunkan di tepi jalan depan sebuah kafe yang lengang. Ojek itu langsung putar balik. Saya tanya pelayan kafe itu. Ternyata kafe tempat pertemuan masih beberapa ratus meter lagi. Bukan di situ rupanya. Mungkin karena gelap, tukang ojek lupa mengantar kami sampai ketujuan sebenarnya.
Tapi itu tidak masalah. Biasa saja memasuki daerah baru. Kafe pertama itu bernama, simagirau. Meskipun begitu pengelola simagirau bersedia mengantar kami ke sikokong. Dua orang anggota simagirau, Raul dan Iwan mengantar kami dengan motor, suka rela. Saya berterimakasih pada mereka.
Sampai di kafe sikokong, rupanya Pak Dirjen sudah duduk bersama rombongan. Kami duduk satu meja panjang dengan mereka. Ada Jasman Rizal, Zahirman Kadis Kominfo Padang Pariaman dan Kadis Kominfo Mentawai Heri Robertus dan dari beberapa daerah lain.
Saya duduk persis depan Dirjen IKP. Kami berdiskusi santai sambil minum kelapa muda dan mencicipi martabak mie. Tuan rumah Kominfo Mentawai sengaja mengundang makan malam. Diskusi terhenti karena Usman dan Jasman harus menghadiri acara Pak Gubernur. Sepeninggal mereka, kami lanjut makan ikan panggang.
Sebelumnya, Pak Dirjen Usman Kansong bercerita, dulu di pertengahan tahun 1990-an, dia wartawan Harian Republika. Kemudian pindah ke Metro TV. Selanjutnya masuk ke Kementerian Kominfo RI. Kini jadi Dirjen IKP.
Dia pengagum Rohana Kudus dan Jamaludin Adinegoro. Duo wartawan pemula dari Minangkabau zaman penjajahan Belanda. Zaman kini yang dia kagumi wartawan Sumatera Barat, adalah Khairul Jasmi (KJ), Pemimpin Redaksi Harian Singgalang.
KJ pernah memenangkan penghargaan Anugerah Adinegoro dari PWI Pusat tahun 2003. Waktu itu dia wartawan Harian Republika. Tulisan KJ sangat enak dibaca. Tidak hanya Usman Kasong yang mengagumi. Tapi juga banyak penggemar tulisan KJ di negeri ini. KJ telah menulis beberapa buku. Termasuk biografi Rohana Kudus.
Usman tertarik, dengan pembicaraan dalam diskusi, tentang, bagaimana Anugerah Rohana Kudus dapat diberikan kepada wartawati hebat di negara ini. Di masa mendatang, Anugerah Adinegoro dikhususkan untuk wartawan laki laki. Anugerah Rohana Kudus khusis kepada wartawati.
Ada usulan, anugerah untuk para wartawan/wartawati diberikan masing masing kabupaten/kota kepada wartawan, yang produktif di daerahnya. Usman setuju. "Kita coba dulu di Sumatera Barat. Bagaimana masing masing kabupaten/kota, memilih wartawan dan wartawati untuk diberikan penghargaan," katanya.
Ide ini menarik juga untuk diterapkan.
Rakor Berlangsung
Tema Rakor Selasa pagi, (8/3), adalah: Sinergitas Pemerintah Daerah dalam Mendukung Visit Beautiful West Sumatera 2023. Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, Wakil Gubernur Audy Joinaldy, Dirjen IKP Kemenkominfo Usman Kansong, Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet sudah duduk di meja depan ruangan pertemuan Bappeda Mentawai.
Peserta Rakor 268 orang, utusan kabupaten/kota pun sudah memenuhi ruangan. Mahyeldi mengatakan, ini peserta Rakor terbanyak selama dia jadi gubernur. Tujuannya adalah memperkuat kebersamaan, untuk meningkatkan potensi wisata Sumatera Barat di masa mendatang.
Gubernur minta bupati/walikota masing masing menyiapkan, destinasi wisata yang bersih, apik, menarik yang dapat mengundang wisatawan berkunjung. Hal ini juga dibarengi dengan publikasi menarik. Sehingga tahun 2023 nanti bisa dioptimalkan, kunjungan wisatawan ke Sumbar.
Wagub Audy menyebutkan, membangun pariwisata Sumbar, butuh sinergitas kabupaten/kota. Seperti wisata religi, bisa saja dibuat paket mengunjungi tujuh masjid terindah di Sumatera Barat. Atau wisata alam dalam agenda jelajah tujuh gunung di Sumbar.
Begitu juga potensi wisata kuliner, yang di Sumbar sangat banyak sekali. Semua itu, bisa dijadikan paket wisata. Tentu hal itu dilakukan dengan kebersamaan. Sama sama bergerak menyiapkan daerah wisata teraman, terindah dan ternama di dunia.
Sementara itu, Usman Kansong dari Kementerian Kominfo menyebut, Sumatera Barat punya potensi luar biasa. Arau tidak kalah dari Labuhan Bajo. Mandeh tidak kalah dari Raja Ampat. Begitu juga dengan Padang Mangateh, 50 Kota, tidak kalah dari peternakan yang ada di Selandia Baru. Apalagi Mentawai tidak kalah dari daerah lain. Semua yang ada di Sumbar, sangat menarik bagi wisatawan.
Menurut Usman, perlu digelorakan promosi wisata Sumatera Barat melalui berbagai media. Salah satu yang akan diupayakan Kemenkominfo, nanti di akhir tahun 2022, akan mengadakan acara nasional di Sumatera Barat. Dalam acara itu nantinya, akan diberikan Anugerah Rohana Kudus untuk wartawati berprestasi tingkat nasional.
Semoga target kunjungan wisata ke Sumbar tahun 2023 melebihi dari yang diharapkan. Usman yakin itu bisa. Sebab masyarakat sumbar terkenal ramah dan religius. Potensi wisatanya luar biasa.
Itu sajalah, Bro. Sedikit kabar dari Mentawai. Siang Selasa, (8/3), rombongan kembali naik Kapal Mentawai Fast menuju Pelabuhan Muaro, Kota Padang. (***)
Komentar