Penulis: YN | Editor: Medio Agusta
Padang Pariaman - Echo Green Sumbar Subdistrik Kecamatan Batang Anai lakukan kegiatan studi banding antar kelompok perempuan dan generasi muda tani, ke lokasi binaan sekaligus berkoordinasi dengan kelompok tani di Nagari Sungai Buluah Utara, dan Nagari Ketaping, Kecamatan Batang Anai, pada Kamis (25/8).
SDC Subdistrik Koordinator Echo Green Kec. Batang Anai Igus Novaldi menyebutkan, Kegiatan ini merupakan Council LSM Indonesia yang juga bekerjasama juga dengan LP2M Sumbar-Padang mengadakan studi banding program Ekonomi Hijau (Echo Green).
Ia menyebutkan, Kegiatan ini dilakukan di dua tempat yaitu demplot Kelompok perempuan tani Kampuang Apa Nagari Sungai Buluah Utara dan demplot kelompok Harapan Bunda Nagari Ketaping.
Baca Juga
Peserta studi banding merupakan perwakilan dari 25 kelompok yang ada di 3 kecamatan dampingan program ECHO-Green yaitu kecamatan Batang Anai, Kecamatan Lubuak Alung dan kecamatan Ulakan Tapakih.
Di sebutkan, program ECHO-Green sudah dilaksanakan sejak tahun 2020 di 3 kec. Padang Pariaman, yaitu, Kec. Batang Anai, Kec. Ulakan Tapakih, dan kec. Lubuak Alung, yang bertujuan untuk mempromosikan inisiatif ekonomi hijau oleh petani perempuan dan generasi muda di sektor pertanian, dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian, ketahanan pangan, kesempatan kerja yang layak dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif guna mendukung pencapaian SDG 2, SDG 5, dan SDG 8.
"Kegiatan studibanding yang didanai oleh Uni Eropa hari ini dalam rangka memfasilitasi nagari lainnya untuk belajar tentang pengelolaan konsep ekonomi hijau mulai dari perencanaan hingga pemasaran," sebut Igus Novaldi.
Menurutnya, bahwa ekonomi hijau adalah , aktifitas ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan keadilah sosial. Ekonomi hijau ingin menghilangkan dampak negatif pertumbuhan ekonomi terhadap lingkungan dan kelangkaan sumberdaya alam khsusnya dibidang pertanian
"Berdasarkan konsep diatas maka dalam kegiatan studi banding peserta diharapkan mengetahui konsep pengelolaan ekonomi hijau yang dikembangkan di demplot Nagari Ketaping dan Nagari Sungai Buluah Utara," sebut dia.
"Dan sekaligus melihat proses dan praktek pengembangan pertanian ramah lingkungan yang dikembangkan didemplot dan mengetahui alur pemasaran dan pengembangn produk. Selain itu, adanya tukar pembelajaran pegelolaan konsep ekonomi hijau yang telah dilakukan di demplot masing-masing peserta," ujar Igus.
Untuk demplot di nagari sungai buluh utara ini, sebut Igus Novaldi, informasi kegiatan yang sudah dilakukan selama ini disampaikan oleh Tenaga ahli pertanian Lokal yang sudah dibina oleh program yaitu buk Zetri.
"Konsep ekonomi hijau yang dikembangkan adalah bagaimana pemanfaatan lahan pekarangan dengan pengembangan budidaya tanaman bumbu dapur khususnya jahe merah," kata dia.
Menurutnya, pemilihan konsep ini didasari bahwa secara umum banyak ditemukan lahan pekarangan yang luas dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Tanaman yang cocok dikembangkan yang dapat bernilai ekonomis tinggi salah satunya jahe merah.
Ketua Kelompok Perempuan Tani Kampung Apar Zetri menyebutkan, kegitan hari ini diisi dengan sosialisasi Pertanian Ramah Lingkungan, beserta penyampaian materi terkait produk produk pertanian ramah lingkungan yang dihasilkan dari masing-masing kelompok binaan dari ECHO-Green.
Ia mengatakan kegiatan yang sudah dilakukan dalam bentuk sekolah lapang dengan materi bagaimana budidaya jahe merah dengan menggunakan karung, proses budaya dengan metode ramah lingkungan, pemanfaatan pupuk kompos dan pupuk organic cair.
"Kegitan hari ini diisi dengan sosialisasi Pertanian Ramah Lingkungan, beserta penyampaian materi terkait produk produk pertanian ramah lingkungan yang dihasilkan dari masing-masing kelompok binaan dari ECHO-Green. Pada kelompok kami, fokus pada pertanian perkarangan yang disebut apotik hidup. Hingga kini, kelompok kami telah memproduksi minuman Bandrek yang bahanya dari jahe merah untuk ketahanan tubuh, bagi yang mengkosumsi minuman jahe merah tersebut," kata dia.
Proses kegiatan juga sama dilakukan seperti di demplot Nagari Sungai Bulauh Utara, yang dipimpin oleh Ernawati tenaga ahli lokal memberikan informasi tentang konsep ekonomi hijau yang dikembangkan di demplot.
Ernawati menyebutkan adanya kunjugan studi banding ini mampu menerapkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan bisa menjaga serta meningkatkan kesuburan tanah sehingga dapat terus melakukan budidaya sayur sayuran dan tanaman lainya agar kualitasnya bagus, rendah residu pestisida sehingga produk pertanian di daerah ini dapat bersaing dari daerah lainya.
Ia menyebutkan, tanaman hortikultura khususnya sayur kangkung dan jagung menjadi focus pembelajaran didemplot. Jenis tanaman yang dikembangkan ini sangat cocok bagi perempuan tani yang ada di nagari Ketaping. Proses budidaya juga dilakukan dengan pemanfatan pupuk kompos.
"Saat ini, kelompok kami telah memproduksi makanan ringan, berbentuk kerupuk yang bahanya dari bunga lidah buaya, dan minuman jambu biji yang di Jus dengan campuran sayur-sayuran," kata Ermawati menghakiri.
Selain berbagai pengalaman tentang budidaya secara ramah lingkungan, juga berbagi informasi bagaimana pemanfaatan limbah pertanian, limbah ternak dan limbah rumah tangga menjadi pupukk kompos. Hasil yang dirasakan sangat membantu terutama ditengah kelangkaan dan mahalnya harga pupuk saat ini.
Selain melihat tanaman disekitar demplot, kegiatan studi banding juga diisi dengan diskusi dan tanya jawab tentang pengembangan budidaya oleh masing-masing peserta. Tentu saja kegiatan ini dapat menambah pengetahuan peserta dan belajar khususnya bagai mana melakukan kegaitan pertanian dengan konsep ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Antusiasme peserta studi banding untuk mempelajari teknologi pertanian ramah lingkungan cukup tinggi, terlihat dari banyaknya peserta yang bertanya saat penyampaian materi. Pengunjung tertarik untuk mengaplikasikan pertanian ramah lingkungan dan terbukti dapat meningkatkan efektifitas pupuk. (YN)
Komentar