Penulis: Yus | Editor: Medio Agusta
BUKITTINGGI - Dalam dua tahun terakhir,terutama ditahun 2022, kasus HIV AIDS di Kota Bukittinggi meningkat, sehingga menjadi daerah kedua tertinggi di Sumatra Barat.
Hal ini, akan jadi perhatian penuh Pemko Bukittinggi, untuk segera melakukan antisipasi penanggulangannya.
Langkah awal yang dilakukan Pemerintah Kota Bukittinggi adalah, menggelar rapat koordinasi penanggulangan HIV AIDS yang di Aula Balaikota Bukittinggi, Rabu (10/05).
Baca Juga
- Pjs Wako Bukittinggi Bentuk Tim Terpadu Penegakan Tertib Sosial-Pencegahan Judi Online
- Untuk Memanjakan Wisatawan di Bukittinggi, Pjs Wali Kota Launching Info Wisata Berbasis Digital
- Pjs Wako Hani S Rustam Launching Portal TokoUMKM Bukittinggi
- Tingkatkan Kemampuan Literasi Anak, Kadivpas Sumbar Dwi Nastiti Launching E-Library Di LPKA
- Pemko Bukittinggi Gelar Gebyar Pelayanan Dukcapil Prima
Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Kesehatan Bukittinggi, Linda Faroza, memaparkan , situasi HIV AIDS di Kota Bukittinggi yang sudah mengkhawatirkan. Jika didata dari tahun 2018 sampai 2021, jumlah perkembangan kasus HIV dan AIDS cenderung menurun, tapi tahun 2022 lalu kembali meningkat.
"Tahun 2018 terdapat 75 kasus HIV dan 45 kasus AIDS, tahun 2019 ada 62 kasus HIV 41 kasus AIDS, tahun 2020 ada 34 kasus HIV 19 AIDS, tahun 2021 ada 27 kasus HIV 16 AIDS.
Namun tahun 2022 ada 63 kasus HIV dan 36 kasus AIDS. Hingga Maret 2023, terdapat 16 kasus HIV 6 AIDS. Totalnya ada 278 kasus HIV dan 163 AIDS. Jika dihitung dari tahun 2008, terdapat 1064 kasus kumulatif HIV. Jumlah ini, membuat Bukittinggi berada pada peringkat dua jumlah kasus terbanyak di Sumbar," jelasnya, diamini Ketua Konselor VCT HIV Indonesia wilayah Sumbar, Katerina Welong.
Jumlah Kasus HIV tahun 2008 sampai 2023, menurut umur dan jenis kelamin ;
Umur 1-4 tahun laki laki 10 orang, perempuan 11 orang dengan jumlah 21 orang dengan persentase 1,9%.
Umur 15-19 tahun laki -- laki 31 orang, perempuan 5 orang dengan jumlah 36 orang dengan persentase 3.4%.
Umur 20-25 tahun, laki-laki 163 orang, perempuan 40 orang, dengan jumlah 203 dengan persentase 19,1%.
Umur 25-49 tahun, laki-laki 602, perempuan 177, dengan jumlah 779 orang dengan persentase 73,2%.
Umur 50 tahun ke atas tercatat laki-laki 20 orang, perempuan 238 orang dengan persentase 2,3 %.
Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar, menjelaskan, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, dapat menimbulkan berbagai penyakit yang disebut AIDS. Jika tidak ditangani dengan serius maka dapat menimbulkan kematian.
Hingga saat ini, infeksi HIV masih menjadi masalah kesehatan global dan nasional. Kasus HIV di kawasan Asia Tenggara menyumbang 1076 dari total beban HIV di seluruh dunia.
Di Indonesia, prevalensi HIV di sebagian besar wilayah adalah 0,2656, termasuk Sumatera Barat.
"Pada tahun 2030 merupakan tahun yang ditargetkan oleh global dan Nasional sebagai Ending AIDS yang dikenal dengan istilah The Three zero yaitu, Zero new HIV Infection (tidak ditemuan kasus HIV baru), Zero AIDS related death (tidak ada kematian akibat AIDS), Zero discrimination (tidak ada diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS)," ungkap Erman.
Di Kota Bukittinggi sendiri, lanjut Wako, berdasarkan data laporan kasus dari seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang ada baik Rumah Sakit maupun Puskesmas bisa dipaparkan bahwa, angka komulatif penemuan kasus HIV mulai tahun 2008 sampai dengan Desember 2022 sudah mencapai angka 1064 orang. Dilihat dari data 3 tahun terakhir, mulai 2018 sampai 2023, terdapat 278 kasus HIV di Bukittinggi, terdiri dari usia 20 sampai 24 tahun sebanyak 34 kasus. Usia 25 sampai 49 tahun terdapat 232 kasus dan usia lebih dari 50 tahun terdapat 12 kasus.
"Dari data itu, angka penemuan kasus tertinggi adalah pada usia 20 sampai 49 tahun dengan 232 kasus dan faktor resiko tertinggi berasal dari hubungan sex terutama pada kelompok LSL (Lelaki Sex Lelaki) sebanyak 50%," ungkap Wako.
"Ini harus kita selesaikan bersama. Semua lini harus bergerak. Bagaimana pendalaman pendidikan berkarakter, bagaimana pendidikan karakter itu, bukan pada materinya, tapi lebih pada kegiatannya. Seperti kegiatan budaya dan pendekatan keluarga," tegasnya.
( Yus).
Komentar