Pameran Revitalisasi Songket Canduang Digelar di Galeri Taman Budaya Sumatra Barat

Penulis: Rel/BM | Editor: Marjeni Rokcalva

PADANG - Khazanah songket Minangkabau dengan beragam variasi motif dan corak yang mengemban makna filosofis kehidupan merupakan aset budaya yang perlu digali, dikembangkan, dan direvitalisasi agar terhindar dari ancaman kepunahan. Untuk mencapai hal demikian, dibutuhkan kerja kolaboratif dan sinergisme semua elemen dan para pihak.

Adalah Nanda Wirawan, salah seorang inisiator dan penerima manfaat program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan, Dana Indonesiana Kemendikbudristek dan LPDP untuk pemberdayaan ruang publik akan menggelar perhelatan pameran Revitalisasi Songket Canduang yang eksotis sebagai khazanah kekayaan hasil tenun Minangkabau.

Pameran yang rencananya akan dibuka Sekjen TTASSEA (Masyarakat Wastra Asia Tenggara) Mariah Waworuntu pada Kamis, 8 Juni 2023 pukul 19.30 di Galeri Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat.

Iven budaya eksotisme ini juga dihadiri Tuan Gadih Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P, Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatra Barat dan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat Syaifullah, S.Pd., MM, bersama jajarannya.

"Pameran ini merupakan tahapan akhir dari rangkaian program Revitalisasi Songket Canduang yang dimulai akhir tahun 2022. Setelah 3 bulan proses produksi melibatkan para penenun baru, hasilnya dipamerkan di Galeri Taman Budaya Sumatra Barat. Pameran ini terlaksana dengan dukungan Dana Indonesiana dan pihak UPTD Taman Budaya, Dinas Kebudayaan Sumatra Barat serta Studio Wastra Pinankabu yang dipimpin oleh Iswandi," kata Nanda Wirawan kepada media, Rabu, 7 Juni 2023 di Padang.

Dijelaskannya lebih lanjut, untuk temanya adalah "Pameran Songket, Arsip dan Dokumentasi, Menapak Jejak Songket Minangkabau: Canduang Sentra Lama yang Terlupakan."

Program Revitalisasi Songket Canduang Koto Laweh yang telah dimulai sejak akhir tahun 2022 yang diawali dengan inventarisasi dan revitalisasi motif songket, terutama Songket Canduang. Setelah dikakukan identifikasi dan pendataan secara detil, dilaksanakan workshop untuk membangun kapasitas keterampilan anak Nagari Canduang dalam merevitalisasi motif songket.

"Workshop dilaksanakan selama 3 minggu (21 hari) di Aula SMP Negeri 2 Canduang, Agam yang diikuti penenun baru. Hasilnya, rerata semua penenun mampu menghasilkan tenunan songket. Ini capaian cukup baik dan mendapat apresiasi dan respons yang positif dari masyarakat Nagari Canduang," urainya.

Ia mengatakan, pelaksanaan workshop mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari masyarakat Canduang Koto Laweh. Lalu sebuah perhelatan Alek Nagari pun digelar sebagai perayaan bagi upaya kebangkitan songket Canduang, warisan budaya masyarakat Canduang Koto Laweh.

"Perhelatan itu diberi tema Manjapuik Warih, Manaruko Jajak Lamo diselenggarakan sebagai bentuk sinergisme dan kolaborasi budaya antara masyarakat dan pelaku seni tradisi dengan program Revitalisasi Songket Canduang," terang Nanda Wirawan.

Selanjutnya, tambah Nanda, semua karya tenunan hasil workshop yang menekankan pada revitalisasi motif-motif songket Canduang yang sebagian sudah jarang ditemukan saat ini, akan dipamerkan dalam kegiatan di Galeri Taman Budaya Sumatra Barat.

Sementara itu, Syaifullah menjelaskan, pameran ini memberikan ruang sangat luas bagi publik untuk mengetahui lebih jauh tentang kekayaan khazanah songket Minangkabau, khusus di Nagari Canduang Koto Laweh.

"Ini sebuah pameran yang cukup menarik dan patut mendapatkan apresiasi kita semua. Kegiatan ini merupakan salah satu acara dari rangkaian program Revitalisasi Songket Canduang yang diinisiasi Nanda Wiarawan. Dinas Kebudayaan Sumatra Barat mendukung dan memberi apresiasi yang tinggi atas kerja keras Nanda dengan dukungan penuh Studio Wastra Pinankabu," jelas Kadis Syaifullah.

Di samping menampilkan songket hasil revitalisasi dari penenun baru, pameran ini juga menyuguhkan kumpulan arsip dan dokumentasi terkait aktivitas revitalisasi songket yang telah digeluti selama lebih dari 10 tahun.

Ia berharap, pameran ini menjadi salah satu referensi, memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang songket. Revitalisasi songket kuno ini sebagai salah satu wastra tradisional sesungguhnya sangat koheren dengan upaya pemajuan kebudayaan, yang menyentuh beberapa aspek dari 10 objek pemajuan kebudayaan di antaranya adat istiadat, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional dan seni.

"Maka untuk itu, Dinas Kebudayaan Sumatra Batat mendukung pamaren songket yang diinisiasi Studio Wastra Pinankabu ini. Iven budaya ini jadi ruang memperkenalkan lebih jauh kepada publik proses bagaimana lahirnya tenunan songket, baik dari sisi teknis, historis maupun makna filosofisnya di dalam selembar kain songket," sebutnya.

Pemeran ini berlangsung sejak 8-15 Juni 2023 yang dipusatkan di Geleri Taman Budaya Sumatra Barat. Selain pameran juga digelar workshop dan perbincangan seputar songket Minangkabau. Dalam pembukaan Kamis malam, ditampilkan juga kelompok musik-puisi legendaris Pentassakral, Seni Tradisi Canduang Koto Laweh, dan pembacaan puisi oleh penyair Upita Agustine atau Raudha Thaib. (Rel/BM)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru