Penulis: Yus | Editor: Medio Agusta
BUKITTINGGI - Walikota Bukittinggi diwakili Sekdako Martias Wanto membuka acara bimtek penanganan korban bencana melalui MFR dan HART yang digelar Pemerintah Kota Bukittinggi melalui Dinas Sosial
Pembukaan Bimtek itu dilaksanakan di depan Taman Makam Pahlawan Kusuma Bhakti, Senin (30/10).
Menurut Kepala Dinas Sosial Bukittinggi, Syanji Faredy, mengatakan, pelatihan dan Bimtek ini dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman dan keterampilan bagi tim relawan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana di lapangan terutama pada saat adanya korban yang berada pada ketinggian. Sehingga dilakukan simulasi agar korban tersebut bisa terselamatkan.
Baca Juga
- Pjs Wako Bukittinggi Bentuk Tim Terpadu Penegakan Tertib Sosial-Pencegahan Judi Online
- Untuk Memanjakan Wisatawan di Bukittinggi, Pjs Wali Kota Launching Info Wisata Berbasis Digital
- Pjs Wako Hani S Rustam Launching Portal TokoUMKM Bukittinggi
- Tingkatkan Kemampuan Literasi Anak, Kadivpas Sumbar Dwi Nastiti Launching E-Library Di LPKA
- Pemko Bukittinggi Gelar Gebyar Pelayanan Dukcapil Prima
"Bimtek ini diikuti oleh 40 peserta dengan rincian 29 orang Tagana, 2 orang Sahabat Tagana, 6 orang personil Kampung Siaga Bencana (KSB) 1 per kelurahan, Damkar 1 orang, BPBD 1 orang dan PMI 1 orang.
Bimtek ini dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 29 Oktober hingga 31 Oktober 2023 dengan narasumber Tim Basarnas Padang dan tenaga profesional tagana Bukittinggi," jelasnya.
Sementara Wali Kota melalui Sekda Bukittinggi, Martias Wanto, menyampaikan, bimtek penanganan bencana ini penting dilakukan, untuk meningkatkan kemampuan skill setiap anggota Tagana maupun Tim Relawan, mengingat situasi dan kondisi di lapangan sangat beragam, ditambah dengan kondisi bencana yang mengakibatkan dampak terhadap korban di lapangan sangat beragam. Sehingga membutuhkan adanya keahlian dari seorang relawan untuk menyelamatkan nyawa korban dari berbagai himpitan akibat dampak bencana.
"Kejadian gempa di Bukittinggi sudah termasuk bencana yang cukup besar. Sebenarnya tidak ada prosedur yang baku dalam penanganan bencana. Quick respon jadi poin utama. Jika gagal dalam kecepatan pertama, potensi bertambahnya korban dan kerugian materil, akan semakin tinggi," ungkap Martias Wanto.
Untuk itu, lanjut Sekda, simulasi itu sangat penting dilakukan. Gunanya menguatkan pengetahuan tentang antisipasi bencana.
"Kita tidak berharap terjadi bencana, namun kita harus tetap waspada. Apa yang akan dilakukan jika terjadi bencana, bisa disimulasikan dalam Bintek ini," jelasnya.
( Yus )
Komentar