Penulis: Ermanto
PADANG - Sebagai negara yang mempunyai sejarah kemerdekaan yang panjang, membuat bangsa Indonesia selalu menghargai setiap perjuangan yang telah diberikan oleh para pahlawan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hari peringatan yang ditetapkan pemerintah untuk mengingat setiap peristiwa penting dalam proses perebutan kemerdekaan. Salah satu hari bersejarah yang diperingati setiap tahunnya adalah Hari Bela Negara pada 19 Desember.
Demikian disampaikan oleh Rektor Universitas Negeri Padang Prof. Ganefri, Ph.D. dalam pidato Wisuda UNP ke-133 yang berlangsung pada Senin (18/12) bertempat di Auditorium Kampus UNP Air Tawar Padang.
Rektor Prof. Ganefri, Ph.D. mengemukakan bahwa tanggal 19 Desember 2023 diperingati sebagai Hari Bela Negara ke-75, tepatnya tanggal 19 Desember 1948 adalah masa penting dan genting dalam perjalanan sejarah Indonesia. "Ibu Kota RI waktu itu Yogyakarta jatuh ke tanggan Belanda yang dibantu oleh pasukan Sekutu, Presiden Sukarno, Wakil Presiden Muhammad Hatta, dan beberapa petinggi negara lainnya ditangkap Belanda sebagai akibat dari aksi militer Belanda Il pasca Indonesia merdeka," tambah Rektor Prof. Ganefri, Ph.D.
Baca Juga
- 26 Mahasiswi STIT Diniyyah Puteri Rahmah El Yunusiyyah Padang Panjang Diwisuda
- Pjs Bupati Pessel Lakukan Wisuda Lansia di Tarusan
- Mulai Hari Ini, 3780 Lulusan UNP Diwisuda Selama Empat Hari
- Calon Wisudawan FBS UNP Ikuti Lokakarya Memasuki Dunia Kerja
- Orasi Ilmiah Rektor IPB di Wisuda Periode 135 UNP: Orang Sukses Mampu Merepon Semua Perubahan
Pada kesempatan itu Rektor Prof. Ganefri, Ph.D. juga menjelaskan dalam rangka mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memberikan mandat kepada Mr. Syarifuddin Prawiranegara yang sedang berada di Bukittinggi (Sumatera Tengah) untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang kemudian pemerintahannya dijalankan di Nagari Kototinggi, yang saat ini berada di Kecamatan Gunung Omeh Kabupaten Limapuluh Kota.
"Sejarah PDRI dalam satu dan lain hal adalah batu ujian pertama bagi keutuhan negara nasional, karena perjuangan kemerdekaan pada masa itu akhirnya berhasil melewati ujian terberat setelah mengalami ancaman disintegarsi bangsa, ketika agresi militer Belanda membuat kekuatan Republik bercerai-berai, tetapi tetap bersatu," jelas Rektor Prof. Ganefri, Ph.D.
Artinya kata Rektor Prof. Ganefri, Ph.D., episode PDRI dengan jelas juga menunjukkan betapa partisipasi rakyat lokal memainkan peran sentral, sebab jika pemimpin yang mengungsi ke pedalaman itu tidak dijamin keselamatan nyawanya oleh rakyat atau kalau tidak disubsidi makannya oleh rakyat, niscaya nasib mereka hilang ditelan sejarah.
"Sesungguhnya, bahwa rakyat pada masa ini bukan lagi hanya sekedar pelengkap penderita dalam perjuangan nasional, melainkan sebagai primemover (penggerak utama) yang menentukan di tingkat grass-root dalam menghadapi kriris nasional," tambah Rektor Prof. Ganefri, Ph.D.
Lebih lanjut Rektor Prof. Ganefri, Ph.D. menyampaikan tujuan diperingatinya Hari Bela Negara setiap 19 Desember adalah dalam rangka lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
"Nilai bela negara yang terkandung di dalamnya yaitu: cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara dan mempunyai kemampuan awal bela negara. Selain itu penetapan hari bela negara bertujuan menempatkan PDRI sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Semangat perjuangan PDRI juga perlu direfleksikan guna menguatkan rasa tanggung jawab kenegaraan dan kebangsaan dalam upaya menjamin keberadaan negara dan pemerintahan RI," tukuk Rektor Prof. Ganefri, Ph.D.
Komentar