Penulis: MR | Editor: Marjeni Rokcalva
LIMA PULUH KOTA - Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nadlatul Ulama (PWNU) Sumbar Prof. H. Ganefri, Ph. D Dt Junjungan Nan Bagadiang, menguraikan makna pendidikan dan makna Idul Qurban dari kisah keteladanan Nabi Ibrahim, As dan Anaknya Nabi Ismail.
Demikian benang merah yang dapat dipetik ketika ia menjadi Khatib Shalat Idul Adha 1445 H di kampung halamannya, di Masjid Raya Jorong Talago, Nagari VII Koto Talago, Kec. Guguak, Kab. Limapuluh Kota, Senin (17/06/2024).
Dikatakan Ganefri, Dalam kitab "Misykatul Anwar" disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner.
Baca Juga
- Di Payakumbuh 1.566 Hewan Kurban Disembelih Pada Hari Raya Idul Adha 1445 H
- Khatib Shalat Idul Adha di Masjid Raya Sumbar, Ini Pesan Gubernur Mahyeldi
- Bupati Pessel Rusma Yul Anwar Sholat Idul Adha di GOR H Ilyas Yakub Painan
- Ketua PWNU Sumbar Prof. Ganefri Jadi Khatib Idul Adha di Kampung Halamannya
- Pemko Payakumbuh Serahkan Bantuan CBP Tahap II Untuk 7.647 KK Yang Berasal Dari Bapanas
Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang "milik siapa ternak sebanyak ini?" maka dijawabnya: "Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga."
Selanjutnya Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur'anul 'adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Quran Surat As-Saffat Ayat 102, artinya:
Tatkala Ismail sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, pikirkanlah apa pendapatmu! Ismail menjawab, hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Ketua PW NU Sumbar Prof. H. Ganefri bersama keluarga usai shalat ied adha.
Dialog antara ayah dengan anak telah diabadikan oleh Allah dalam Surat As-Shaffat tersebut, dalam metode pendidikan, pola semacam ini disebut metode hiwari alias dialog.
"Nabi Ibrahim tidak langsung menyuruh Ismail 'alahissalam menuruti keinginannya agar mau disembelih. Melainkan, menanyakan kepadanya terlebih dulu. Meminta pendapatnya. Menguji respon dan reaksinya. Hal ini sesuai dengan fitrah psikologis, bahwa remaja bisa dimintai pendapat melalui cara dialog untuk mengembangkan nalarnya. Dan, Ismail 'alaihissalam menjawab dengan pasti dan percaya diri serta berharap dirinya menjadi bagian orang-orang yang bersabar (minas shabirin)," sebut Ganefri.
Genefri menekankan, salah satu yang menjadi isu urgen dalam peristiwa ini adalah pendidikan ketauhidan. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail 'alaihimassalam, kompak menjalani perintah Allah. Keduanya berserah diri dan bertawakal menjalani perintah Sang Pencipta, meskipun ketika hendak disembelih, Allah menggantinya dengan hewan sembelihan dari surga.
"Pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa ini adalah pentingnya menanamkan ketauhidan kepada keluarga," tegas mantan Rektor UNP dua periode ini.
Teladan Kisah IIdul Qurban
Dalam kesempatan yang sama, Ganefri juga menguraikan keteladanan yang bisa dipetik dalam peristiwa Idul Qurban sejak zaman Nabi Ibrahim As, hingga kini, yakni:
Pertama, Pengorbanan tanpa batas kepada Allah Swt
Marilah kita perhatikan, Allah tak minta nyawa Ibrahim, Allah tak minta istri Ibrahim, Allah tak minta kambing Ibrahim, Allah tak minta kebun Ibrahim. Tapi ada satu yang paling dicintai Ibrahim, itulah nyawa yang ditunggu lama oleh Ibrahim selama 86 tahun. Sunggu lama Ibrahim memanjatkan doa itu. Ingin meminta anak yang shalih, tapi ketika anak itu datang, ternyata ujian belum berakhir.
Inilah orang beriman, ujian keimanan tidak pernah berhenti atasnya. Oleh sebab itu, kalau ada orang yang merasa dirinya telah beramal Shalih, sudah beriman, namun ia terus mengalami ujian silli berganti, itu tak lain dan tak bukan, merupakan ujian keimanan. Di sinilah Allah ingin menempatkannya di tempat terpuji.
Kedua, Hanif dan Muslim
Tadi telah kita ketahui bersama, bahwa makna kisah Ibrahim adalah memberikan yang terbaik kepada Allah Swt. Dan untuk meneladaninya kita perlu mengetahui dua sifat yang melekat dalam jiwanya.
Hanif, yaitu condong kepada kebenaran/ Allah. Ibrahim tidak condong kepada harta. Ibrahim tidak condong kepada anak, Ibrahim tidak condong pada kuasa dunia. Lantas kemana ia condong? Tak lain, ia hanya condong kepada Allah Swt. Dari sinilah kita bisa menyimpulkan, bahwa "Cinta kepada manusia, hanya bisa dikalahkan dengan iman kepada pencipta". singkatnya, power iman inilah yang menyadarkannya, karena iman kita hidup, untuk iman kita berjuang dan hanya dalam iman kita kembali pada Allah Swt.
Selanjutnya, Muslim; yaitu berserah diri kepada Allah. Ibrahim tak berserah kepada anak, Ibrahim tidak berserah pada kepada Hajar, Ibrahim tak berserah kepada harta, Ibrahim tak berserah kepada kekuasaan. Lantas kemana kemana ia berserah? Tak lain hanya kepada Allah Swt.
"Setiap kita adalah Ibrahim, dan setiap Ibrahim punya Ismail". Ismailmu saat ini mungkin anakmu. Ismailmu saat ini mungkin hartamu, Ismailmu saat ini mungkin jabatanmu. Ismail saat ini mungkin gelarmu. Ismailmu saat ini mungkin egomu. Namun yang pasti, Ismailmu adalah sesuatu yang kamu sayangi dan kamu pertahankan di dunia ini," ulas Genefri.
Nabi Ibrahim, sambung Ganefri, tidak diperintahkan Allah untuk membunuh Ismail, tapi Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa kepemilikan terhadap Ismail 'alahissalam.
"Sandarkan cintamu kepada sang pemilik, Insya Allah cita-citamu bahagia di dunia akan terus terjaga," pungkas Rektor Terbaik Indonesia 2023 ini. (MR)
Komentar