Penulis: Marjeni Rokcalva
TIGO LURAH - Musim liburan, seperti Hari Minggu bisa saja menjadi hari bahagia bagi sebagian pelajar dan mahasiswa saat bisa berkumpul dann bercengkerama dengan orang tua dan sanak keluarga. Tapi itu, tidak bagi para pelajar dan mahasiswa dari Sarik Laweh Nagari Sumiso Kecamatan Tigo Lurah Kabupaten Solok.
Simaklah penuturan Vany, 17 tahun, putri Sarik Laweh yang kini tengah menimba ilmu salah satu SMK kota Solok. Sudah lebih dua bulan ia memendam rindu guna bertemu keluarga dan sanak family yang jauh di Sarik Laweh sana. Hujan pupuskan asa mereka untuk pulang kampung, karena jalan satu-satunya menuju kampung mereka tak memungkinkan untuk dilewati karena aspalnya "jago" akibat hujan.
Namun begitu, Sabtu (8/2/2020), Vany menebus rindunya dengan memaksakan diri pulang menebus jalan berlumpur dalam belantara rimba Sumatera via Nagari Lubuk Tarok Sijunjung menuju kampungnya Sarik Laweh Nagari Sumiso.
Namun perjuangan ini kembali pupus, karena jalan berlumpur tak bisa dilewati kendaraan bermotor. Akhirnya Vany menginap disalah satu rumah temannya di nagari Lubuk Tarok kabupaten Sijunjung. Dan rencananya Minggu (9/2) pagi kembali ke Solok masih dengan rindu pada keluarga yang belum terbayar.
Warga Sarik Laweh lainnya, Firman (40) yang membuka usaha dagang kebutuhan harian di kampungnya. Ia tak bisa kembali ke Sarik Laweh karena hujan yang kunjung berhenti semenjak Sabtu pagi. Akibatnya jalan bertambah buruk dan makin sulit dilalui.
Firman menjelaskan selain lumpur, jalan berlobang dan air yang telah mengikis badan jalan juga menjadi kendala utama, untuk masuk ke wilayah Sariak Laweh.
Sebagai gambaran, Sarik Laweh adalah bagian dari nagari Sumiso kecamatan Tigo Lurah Kabupaten Solok. Namun untuk sampai ke Sarik Laweh kita harus melewati nagari Lubuk Tarok kabupaten Sijunjung.
Dari Lubuk Tarok lah perjuangan berat menempuh jalan tanah sepanjang 13 km, saking buruknya jalan jarak ini ditempuh dengan waktu 5-6 jam sepeda motor. Waktu akan bertambah jika musim hujan. Biasanya, sepeda motor yang dipakai pun biasanya dimodifikasi agar mampu menmbus medan yang berat ini.
Untuk jarak dari Sarik Laweh ke Tanjung Balik sebagai ibukota nagai Sumiso, warga harus berjalan kaki sejauh 18 km. Belum lagi jarak dari Tanjung Balik ke Batu Bajanjang sebagai ibukota Tigo Lurah, saat masyarakat harus berurusan administrasi.
Semoga Sarik Laweh cepat terbebas dari terisolir dan dapat menikmati kemajuan seperti nagari lainnya di Kabupaten Solok. Begitu kan Pak Bupati Solok?
Penulis: Budiman (Putra Sarik Laweh)
Sumber: suhanews.co.id
Komentar