Penulis: Hendri Ainsyah Koto | Editor: Marjeni Rokcalva
LANTAS dimana titik temu peran dan pengabdian Drs. Harun Zain yang waktu itu Rektor UNAND sekaligus Gubernur Sumatera Barat dengan IKIP Padang? Satu diantaranya adalah dukungan Gubernur Harun Zain saat IKIP Padang menganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa, Dr. HC.) pada tahun 1968 kepada Engku Muhammad Sjafe'i (INS Kayutanam) karena jasa-jasanya dalam bidang pendidikan.
Waktu itu Rektor IKIP Padang Prof. Dr. Isjrin Noerdin berkawan karib dengan Rektor UNAND Drs. Harun Zain yang sekaligus Gubernur Sumatera Barat (1966-1971). Berhubung penganugerahan gelar Dr. HC. tentu tak lepas dari dukungan daerah, terutama Gubernur selaku Kepala Daerah Tk. I Sumatera Barat. Disinilah tampak sikap saling dukung mendukung dan betapa kuatnya keinginan Harun Zain maupun Isjrin Noerdin untuk membangun Sumatera Barat lewat perguruan tinggi yang ada. Walaupun beliau lahir dan dibesarkan di tanah rantau nan berbeda.
Inilah cadiak-pandai-nya Rektor Prof. Dr. Isjrin Noerdin, sebelum PTPG / IKIP lain yang segenerasi berpikir untuk menganugerahkan gelar Dr. HC. kepada tokoh-tokoh yang telah berjasa kepada bangsa dan negara, Rektor Prof. Dr. Isjrin Noerdin telah berbuat. Seperti kata motto PT. Semen Padang kami sudah berbuat, sebelum orang lain memikirkannya.
Baca Juga
Bahkan langkah Rektor IKIP Padang ini diikuti oleh PTPG yang pertama berdiri yaitu PTPG Malang (IKIP Malang) dengan menganugerahkan gelar Dr. HC. kepada Ki Sarino Mangunpranoto yang merupakan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI tahun 1956-1957, pengganti Mr. Muhammad Yamin. Penganugerahan ini dilakukan oleh IKIP Malang pada tanggal 17 April 1976 (Gusti Asnan, dkk. 2018:191). Promotor gelar Dr. HC. kepada Engku Muhammad Sjafe'i tentulah Prof. Dr. Isjrin Noerdin yang waktu itu Rektor IKIP Padang yang masih berstatus Guru Besar ITB disamping itu beliau juga anggota MPRS-RI (1968), Prof. Drs. Harun Zain Rektor UNAND (1964-1968) sekaligus Gubernur Sumatera Barat (1966-1971), dan Drs. Sutan Zanti Arbi, MA yang menjabat sebagai Pembantu Rektor 1 IKIP Padang.
Dasar penganugerahan gelar Dr. HC. adalah UU No. 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi, Pasal 10 ayat (3) "gelar Doctor Honoris Causa dapat diberikan kepada orang-orang yang dianggap telah mempunyai djasa jang luar biasa terhadap ilmu pengatahuan dan umat manusia oleh suatu universitas". Dalam hal ini Engku Muhammad Sjafe'i adalah Menteri P.P & K Republik Indonesia yang ketiga (12 Maret 1946 -- 2 Oktober 1946). Engku Muhammad Sjafe'i dan INS Kayutanam memiliki filosofi pendidikan yang sangat monumental, sehingga mampu menginspirasi generasi muda Indonesia dari waktu ke waktu: (1) janganlah meminta buah mangga dari pohon rambutan tetapi jadikanlah setiap pohon berbuah manis, (2) engkau jadilah engkau, dan (3) alam takambang jadi guru (Mestika Zed, 2022:165, Hera Hastuti, 2013:59, Hendri, 2022).
Satu dari tiga filosofi ini kemudian menjadi motto IKIP Padang hingga UNP modern hari ini: Alam Takambang Jadi Guru. Menurut Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc, M.Ed, filosofi ini beliau usulkan dalam rapat Senat IKIP Padang pada tahun 1982 agar dijadikan motto IKIP Padang. Namun jauh sebelum berdirinya INS Kayutanam mengunakan filosofi ini, Ayah angkat Engku Muhammad Sjefe'i yaitu Ibrahim Marah Sutan dalam mengajar telah mengunakan filosofi Alam Takambang Jadi Guru. Ibrahim Marah Sutan terlahir dari keluarga pedagang. Ayahnya bernama Rantau Bagindo Nagari, seorang penghulu dagang di Bukittinggi. Rantau Bagindo Nagari ini medirikan sekolah, beliau telah mengunakan filosofi alam takambang jadi guru juga dalam mengajar. Bahkan jauh sebelum semuanya itu, filosofi Alam Takambang Jadi Guru ini telah ada dalam adat dan budaya Minangkabau sejak dulunya. Suatu ungkapan kearifan Minangkabau yang bernilai universal, sangat mendunia.
Tentu ada hal yang sangat berkesan dari tokoh Harun Zain dan Isjrin Noerdin, bahwa kedua-duanya pernah sama-sama Tentara Pelajar (TP) yang pada akhirnya memilih jalan intelektual (kuliah di UI dan ITB) sebagai jalan hidup dan pengabdiannya. Selain itu, latar belakang ini membawa dampak positif berupa sifat pejuang dan pantang menyerah dikala beliau memimpin negeri ini. Isjrin Noerdin memilih berhenti dari Dinas Ketentaraan saat berumur 29 tahun, lalu masuk kuliah di FIPIA-UI selama tujuh tahun (1951-1957), melanjutkan kuliah ke Doktor ITB, kemudian ke Pricenton University (1963) di Amerika Serikat.
Setelah selesai kuliah di Amerika Serikat, Isjrin Noerdin pulang ke ITB, mengabdi sebagai Guru Besar (Profesor) ITB. Sebelumya, pada tahun 1951, Isjrin Noerdin menjadi Guru SMAN Bukittinggi (SMAN 2 Bukittinggi sekarang) yang dahulunya adalah Sekolah Rajo, sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1856 tidak berapa lama setelah STOVIA Batavia (1849) yang sekarang menjadi FK-UI. Sekolah Rajo dan STOVIA Batavia adalah dua sekolah yang paling modern dan memiliki jenjang tertinggi saat itu.
Dari segi umur, Isjrin lebih tua empat tahun (1923) daripada Harun Zain (1927). Beliau berdua memiliki komitmen yang luar biasa dalam mambangkik batang tarandam, mambangun ranah Minang di era 1965-1970-an. Masing-masing sangat berkomitmen dengan bidangnya. Prof. Dr. Isjrin Noerdin berjuang di ranah pendidikan. Beliau tak segan-segan menjadi Kakanwil Pendidikan & Kebudayaan Sumatera Barat (1971-1973) yang saat itu Gubernurnya adalah Harun Zain, walaupun beliau adalah Rektor IKIP Padang dan masih berstatus Guru Besar (Profesor) ITB.
Hal yang sangat sulit meraih gelar Profesor kala itu, karena Guru Besar diangkat oleh Presiden. Salah satu buah karya Isjrin Noerdin adalah sekolah laboratorium IKIP Padang yang kemudian dikembangkan menjadi Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Padang. PPSP IKIP Padang ini menjadi role models bagi pengembangan PPSP lain diberbagai IKIP lainnya di Indonesia. IKIP Medan, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Malang, IKIP Yogyakarta, IKIP Surabaya, dan IKIP Makassar. Bahkan dari wawancara, penulis dapatkan informasi bahwa ide dan gagasan mendirikan Balai Penataran Guru (BPG) waktu itu datang Prof. Dr. Isjrin Noerdin. BPG ini kemudian menginspirasi bagi lahirnya BPG-BPG lainnya diberbagai provinsi-provinsi di Indonesia. Sekarang BPG berkembang menjadi BBPMP yang terdapat hampir di semua provinsi di Indonesia.
Tidak hanya itu, dalam konteks mambangun kampung halaman, bahkan Gubernur Harun Zain sangat mendukung Rektor IKIP Padang Prof. Dr. Isjrin Noerdin yang ingin menjadikan Sumatera Barat sebagai pelaksana proyek percontohan pendidikan nasional yang disponsori oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta. Karena hasil dari percontontohan pendidikan ini akan diterapkan diseluruh provinsi di Indonesia. Gubernur Harun Zain sangat mendukung, bahkan beliau sendiri termasuk anggota board proyek tersebut. Ini patut menjadi contoh kepemimpinan yang saling dukung mendukung dalam membangun Sumatera Barat yang dilandasi oleh jiwa zaman (zeitgeist) mambangkik batang tarandam waktu itu.
Pada masa jabatan periode kedua Gubernur Harun Zain akan berakhir (1972-1977), Harun Zain pernah meminta Prof. Dr. Isjrin Noerdin untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Gubernur Sumatera Barat. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Prof. Dr. Isjrin Noerdin, karena beliau tetap berkomitmen dibidang pendidikan, hal ini terbukti. Setelah tidak lagi menjadi Rektor IKIP Padang (1973) Prof. Dr. Isjrin Noerdin kembali ke ITB, lalu karena adanya kerjasama Indonesia - Malaysia (ITB-Universitas Kebangsaan Malaysia) maka Prof. Dr. Isjrin diminta oleh UKM menjadi Guru Besar Tamu untuk mengembangkan UKM dalam tahun 1973-1977.
Mungkin tidaklah salah kiranya jika ada carito lapau tentang dahulu orang Malaysia berguru ke Indonesia! Setelah pulang dari UKM, Prof. Dr. Isjrin Noerdin kembali ke ITB (1977) karena masih berstatus Guru Besar ITB sampai tahun 1988. Pada tahun 1988, Prof. Dr. Isjrin Noerdin pensiun sebagai PNS di ITB. Namun Prof. Dr. Isjrin Noerdin terus dipercaya menjadi anggota PARB Bank Dunia XVII yang melaksanakan proyek Bank Dunia berupa pembangunan Pusat Antar Universitas (PAU) atau Inter University Center (IUC) yang terdapat di kampus UGM Yogyakarta. PAU Bioteknologi, PAU Ilmu Teknik, PAU Studi Sosial, PAU Studi Ekonomi, dan PAU Pangan dan Gizi masih tetap eksis (Isjrin Noerdin, Data Pribadi, 1989 dan Hadi Nur, 2020:10-11, Catatanku).
Akhirnya yang menjadi Gubernur Sumatera Barat selanjutnya adalah Kapten Ir. Azwar Anas, juga seorang lulusan Kimia ITB yang sebelumnya berdinas di TNI sebagai Direktur Pusat Industri Angkatan Darat (PINDAD) di Bandung. Ir. Azwar Anas adalah perantau Minang yang pulang kampung untuk memimpin PT. Semen Padang yang keadaanya waktu itu seperti karakok di atas batu, hiduik sagan, mati ndak amuah (Abrar Yusra, 1997:383-384).
Selain menjadi Rektor IKIP Padang, Prof. Dr. Isjrin Noerdin juga menjadi Dekan FIPIA-UNAND pada tahun 1965-1968 dan 1968-1970 (http.fmipa.unand.ac.id). Waktu itu Rektor UNAND adalah Prof. dr. Busyra Zahir (1968-1976). Sebetulnya, sebelum Harun Zain menjadi anggota MPR-RI tahun pada 1988-1992, Prof. Dr. Isjrin Noerdin telah menjadi anggota MPRS-RI pada tahun 1968, 20 tahun lebih awal (Keppres Nomor 95 Tahun 1968). Bahkan pada tahun 1967, Prof. Dr. Isjrin Noerdin telah berhasil menerbitkan artikelnya di jurnal internasional ACS Publication (American Chemical Society), di Amerika Serikat pada tanggal 1 November 1966 dan 1 Januari 1967 (https://pubs.acs.org/action/doSearch?AllField=isjrin). Sekarang, tahun 2024, jurnal ini terindek Scopus (https://pubs.acs.org/journal/jacsat).
Saat ini artikel yang terbit di jurnal internasional terindek Scopus menjadi persyaratan yang sangat penting bagi seseorang dapat meraih gelar Doktor of Philosophy (Ph.D / Dr.) dan gelar Guru Besar (Profesor). Prof. Dr. Isjrin Noerdin telah melakukan hal itu 58 tahun yang lalu (1966) tepat saat kampus IKIP Padang dan UNAND di Air Tawar mulai pertama kali dibangun. Ini suatu novelty / terobosan yang mengandung kebaharuan, jika kita mau jujur melihat bahwa ini masih dalam semangat mambangkik batang tarandam dibidang keintelektualan. Tentu patut dicontoh hal yang telah terbukti baik ini.
Selaku Rektor UNAND Drs. Harun Zain mengarahkan kepada kegiatan-kegiatan bersama sivitas akademika UNAND untuk menanamkan dan mengembangkan semangat kebersamaan. Bentuk yang dipilih adalah gotong royong, suatu kegiatan pembangunan kampus yang juga dilakukan Rektor IKIP Padang Prof. Dr. Isjrin Noerdin. Gotong royong dengan menyusun regu kerja mahasiswa, gotong royong membuat lapangan bola kaki dari sebidang tanah yang penuh dengan puluhan pohon kelapa, lokasinya di kampus Air Tawar.
Rektor Harun Zain ikut mencangkul, berbuka baju kaos, ramai-ramai menarik urat pohon kelapa yang sudah ditumbangkan, "bertempur" dengan semut besar, semut merah dan ulat lain yang muncul dari galian pohon-pohon kelapa tersebut (Abrar Yusra, 1997:135). Kalau ada dosen berdiri saja, maka akan ditegur oleh Rektor Harun Zain. Gotong royong juga dilakukan sivitas akademika UNAND dalam membangun asrama mahasiswa yang bersifat darurat di Air Tawar, Padang.
Selaku Rektor UNAND Harun Zain telah melakukan berbagai langkah strategis seperti mengatasi kekurangan tenaga pengajar berbagai fakultas dengan mengadakan program afiliasi: FE-UNAND dengan FE-UI, melalui foundation tenaga pengajar UNAND diberi kesempatan untuk merampungkan Program Pasca Sarjana, Faperta UNAND dengan USU Medan dan IPB Bogor, FK-UNAND dengan FK-UI, dsb. Selain itu juga membentuk Fakultas Peternakan tersendiri, terlepas dari Fakultas Pertanian, dalam hal ini UNAND atas prakarsa Thamrin Noerdin mendahului seniornya: IPB dan UI.
Selain itu Rektor Harun Zain diminta oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu Kaharuddin Datuk Rangkayo Basa (17 Mei 1958-5 Juli 1965) menyusun Pola Pembangunan Sumatera Barat. Rektor Drs. Harun Zain lalu membentuk sebuah tim yang terdiri dari dosen-dosen UNAND: Hendra Esmara, Mawardi Yunus, Irwan Rasjid, dll. Rektor Harun Zain juga melaksanakan seminar ilmiah untuk memperingati Dies Natalis UNAND yang ke VIII. Berdasarkan hasil seminar itu, sebagai tindak lanjutnya UNAND menyusun Rencana Pembangunan Tiga Tahun Daerah Sumatera Barat 1966-1968 atau biasa disebut sebagai Pola Ekonomi Berjuang Sumatera Barat. UNAND juga mengirim misi kesenian UNAND ke Jakarta yang dipimpin oleh Yusaf Rahman dan Syofyani Boestamam karena "bagi saya menghidupkan kesenian Minang saat itu berarti perjuangan. Dalam hal ini untuk menyadarkan urang awak akan identitas dirinya, kebudayaannya. Untuk memperlihatkan masih ada aku-nya kita" sebut Rektor Harun Zain (Abrar Yusra, 1997:137-140).
Sama halnya dengan Prof. Dr. Isjrin Noerdin, hal yang sama juga dilakukan oleh Harun Zain, beliau terus berjuang diranah pemerintahan dan kepemimpinan politik. Saat masih menjabat Rektor UNAND (1964-1968) sekaligus Gubernur Sumatera Barat (1966-1971). Bahkan pada tahun 1966, selaku Gubernur Harun Zain menjadi Ketua Panitia Persiapan Penegerian IAIN Imam Bonjol Padang yang cikal-bakal fakultas sudah ada empat fakultas. Fakultas Tarbiyah Cabang IAIN Syarifhidayaltullah Jakarta. Tiga fakultas berasal dari Yayasan Imam Bonjol yaitu Fakultas Syari'ah di Bukittinggi, Fakultas Adab di Payakumbuh, dan Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang. Gubernur Harun Zain menyampaikan usulan ini kepada Menteri Agama RI waktu itu Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (Raichul Amar, dkk, 2016).
Pada hari Selasa, 29 Nopember 1966, di Gedung Negara Tri Arga Bukittinggi, diresmikan berdirinya IAIN Imam Bonjol oleh Menteri Agama RI Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, langsung dihadiri Gubernur Harun Zain. Rektor pertama IAIN Imam Bonjol adalah Prof. Dr. H. Mahmud Yunus (Raichul Amar, dkk, 2016).
Setelah selesai mengemban amanah menjadi Gubernur Sumatera Barat, Harun Zain dipercaya oleh Presiden RI Jenderal Soeharto menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (1978-1983). Setelah itu, beliau diberi amanah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Republik Indonesia yang ketuanya adalah Jenderal (Purn). Maraden Pangabaean (1983-1988) mantan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan periode 1978-1983. Selesai menjadi anggota DPA, Harun Zain diberi amanah menjadi anggota MPR RI (1988-1992). Pada saat menjadi anggota DPA RI (1983-1988) Harun Zain juga diminta menjadi Rektor Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta selama tiga periode (1985-1997) sekaligus Guru Besar (Profesor) dalam bidang ekonomi.
Saat menjadi Menteri, Anggota DPA, Anggota MPR-RI, dan Rektor UMB Jakarta, Harun Zain selalu membantu dan mendukung pembangunan masyarakat Sumatera Barat yang secara budaya dikenal sebagai urang Minang. Sebagai sesepuh Minang di Jakarta, Harun Zain memiliki andil yang besar dalam mendirikan organisasi Gebu Minang (Gerakan Seribu Minang) dengan sejumlah tokoh-tokoh penting Indonesia seperti Emil Salim, Azwar Anas, Hasan Basri Durin, Syahrul Udjud, Fahmi Idris, Is Anwar Datuak Rajo Perak, dan banyak lagi tokoh-tokoh Minang baik diranah maupun di rantau. Gebu Minang ini terbukti berhasil membantu dan mendorong pembangunan Sumatera Barat, membangun hubungan ranah dan rantau, dan berperan penting dalam kehidupan orang Minang diperantauan.
Gebu Minang masih eksis sampai hari ini. Selain itu Harun Zain juga menjadi Ketua III Dewan Harian Nasional (DHN) Angkatan 45. Arnold Toynbee, Sejarawan Inggris, menyebut istilah creativity minority artinya "sekelompok orang yang mampu menguasai banyak orang". Teori ini mungkin juga berlaku disini. Dikala Sumatera Barat habis dilanda peristiwa PRRI (1958-1961), sejumlah tokoh-tokoh Minang di Jakarta seperti Drs. Muhammad Hatta, Mr. Muhammad Yamin, Dr. Hasyim Ning, dll, menyarankan agar Harun Zain menjadi Gubernur Sumatera Barat.
Memang tidak mudah dan mulus dalam pengabdin Harun Zain dan Isjrin Noerdin di Sumatera Barat, tentu ada suka-duka, pahit-manis, susah-senang, riang-gembira, muda-susah, dsb, seperti yang diungkapkan Harun Zain bahwa memimpin diranah Minang lebih susah daripada memimpin dari daerah lain. Bisa jadi karena orang Minangkabau sangat bersifat dinamis dan anti-parokialisme yang ditandai dengan tradisi merantau, berjiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas (Rudolf Mrazek). Ini sudah lama diungkapkan dalam pepatah Minangkabau "duduak samo randah, tagak samo tinggi", "Pemimpin di Minangkabau didahulukan selangkah, ditinggikan serantiang".
Oleh sebab itu, Gubernur Harun Zain bahkan tidak segan-segan mengunjungi tokoh-tokoh Minangkabau seperti Muhammad Hatta untuk meminta nasehat. Menemui Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Muhammad Natsir menasehati Harun Zain agar "pandai-pandailah merangkuh dayung" dalam memimpin Sumatera Barat. Nasehat inilah yang menjadi bekal Harun Zain dalam menjalankan roda pemerintahannya di Sumatera Barat (Abrar Yusra, 1997:385-388).
UNAND akhirnya menganugerahi Harun Zain gelar Doktor Honoris Causa (Dr. HC) bidang pembangunan pertanian di Sumatera Barat. Sudah sepantasnya Harun Zain mendapatkan gelar Dr. HC. dari UNAND, meminjam kata-kata Dr. Suryadi, Dosen Universiteit Leiden, Belanda "tanda kita pandai menghormati para pendahulu kita". Ini adalah suatu bentuk penghargaan terhadap jasa dan pengabdian Harun Zain sewaktu memimpin UNAND, Sumatera Barat, dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Tentu gelar Dr. HC. yang diberikan UNAND ini tepat terutama karena jasa-jasanya saat menjadi Gubernur Sumatera Barat dalam usaha mambangkik batang tarandam, mambangun kampuang halaman.
Daftar Kepustakaan
Abrar Yusra. 1997. Tokoh yang Berhati Rakyat. Jakarta: Yayasan Gebu Minang.
Dr. Raichul Amar, M.Pd, dkk, 2016, yang menulis IAIN Imam Bonjol (1966-2016): Tonggak Sejarah Kebangkitan Perguruan Tinggi Islam di Sumatera Barat).
Dr. Suryadi is a Lecturer at the Leiden University Institute for Area Studies. Minang saisuak# 155 -- Linguis dan Pekamus Prof. Sutan Muhammad Zain. Singgalang, Minggu, 22 Desember 2013.
Dr. Suryadi is a Lecturer at the Leiden University Institute for Area Studies. In Memorian Prof. Harun Zain (1 Maret 1927 -- 19 Oktober 2014). Harian Singgalang, rabu 22 Oktober 2014).
Gusti Asnan, dkk. 2018. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1945-2018. Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia.
Hasril Chaniago (Editor). Eksiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang. Padang: UMSB Press.
https://www.unand.ac
https://niadilova.wordpress.com/2014/10/23/in-memoriam-prof-harun-zain-1-maret-1927-19-oktober-2014/) (https://niadilova.wordpress.com/2014/05/05/minang-saisuak-173-putra-pariaman-aset-nasional/).
https://hadinur.net/wp-content/uploads/2020/04/catatanku.pdf
Hera Hastuti. 2013. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Mohammad Sjafe'i. Tesis pada Program Pascasarjana UNP.
Hendri, 2022. Mengenal dan mengenang Rektor IKIP Padang: Prof. Dr. Isjrin Noerdin (1965-1973).
Isjrin Noerdin. 1989. Data Pribadi.
Keputusan Presiden RI Nomor 95 Tahun 1968 tentang Mengangkat Anggota MPRS, tanggal 12 Maret 1968.
Kevin W Fogg. "Evaluating The PRRI Rebellion as a West Sumatran Peasant Movement." Tingkap Vol. XI, No. 2 Tahun 2015 and Albukhary Foundation Fellow in The History of Islam in Southeast Asia in the Oxford Centre for Islamic Studies, 2015: Vol. XI, No. 2 Tahun 2015.
Mestika Zed, dkk. 2019 Alam Takambang Jadi Guru: Universitas Negeri Padang (1954-2018) Sejarah Ringkas Edisi Revisi. Padang: UNP Press, 2019:194.
Muhammad Yamin. 1955. Minang Membentuk Universitas. Pidato Mr. Muhammad Yamin pada perajaan perasmian Fakultas Kedokteran dan FIPIA di Bukittinggi pada tanggal 7 September 1955.
Prof. Dr. H. Sufyarma Marsidin, M.Pd. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Studi Kasus INS Kayutanam.
Oleh: Dr. Hendri Ainsyah Koto, Alumni UNP
(Hendri Ainsyah Koto)
Komentar