Penulis: Radja | Editor: Marjeni Rokcalva
JOSEPHINE ROWE, seorang penulis asal Melbourne, Australia, telah menjadi salah satu suara penting dalam dunia sastra modern sejak debutnya pada tahun 2010. Dengan gaya penulisan yang puitis dan reflektif, Rowe sering mengangkat tema isolasi, trauma, dan hubungan manusia dalam karyanya, yang sering berlatar di Australia. Dalam novel dan kumpulan cerpennya, seperti A Loving, Faithful Animal (2016), Rowe menggunakan bahasa yang penuh keindahan untuk menciptakan narasi yang emosional dan memikat, memadukan realitas dengan imajinasi untuk menciptakan dunia-dunia yang terasa nyata namun penuh simbolisme.
Josephine Rowe dikenal karena kemampuannya menggabungkan puisi dengan prosa. Setiap kalimat dalam karyanya dipilih dengan hati-hati, menciptakan ritme yang terasa seperti lirik, tanpa mengurangi kekuatan narasi. Ia memanfaatkan keindahan deskripsi untuk mengungkapkan emosi-emosi mendalam, sering kali tanpa perlu menggunakan dialog yang berat. Ini membuat pembaca tenggelam dalam dunia-dunia yang ia ciptakan, di mana setiap kata membawa makna yang dalam dan penuh refleksi.
Dalam karya-karyanya, Rowe sering bermain dengan struktur naratif. Ia tidak selalu mengikuti alur yang linier, sering kali menyajikan cerita dalam potongan-potongan kenangan yang terfragmentasi, mencerminkan cara manusia mengingat masa lalu yang tidak sempurna. Teknik ini tidak hanya membuat cerita terasa lebih nyata, tetapi juga memungkinkan pembaca untuk merasakan perjalanan emosional yang lebih intens.
Tema isolasi dan trauma sangat mendominasi dalam karyanya. Banyak karakter Rowe merasa terputus dari dunia di sekitar mereka, baik secara emosional maupun fisik. Dalam A Loving, Faithful Animal, ia menggali luka-luka emosional yang diturunkan dari generasi ke generasi, menggunakan metafora alam Australia yang luas dan sepi untuk menekankan rasa keterasingan ini. Narasi yang ia bangun penuh dengan suasana melankolis, namun tetap memberikan ruang bagi harapan dan pemulihan.
Selain itu, latar Australia memberikan keunikan tersendiri dalam karya Rowe. Ia sering menggambarkan lingkungan alam yang keras namun indah sebagai cerminan dari kondisi batin para karakternya. Dengan detail yang kaya, Rowe mampu membuat pembaca merasakan lanskap-lanskap tersebut seolah mereka ada di sana, merasakan setiap keheningan dan kekosongan yang mengisi ruang-ruang dalam cerita.
Keseluruhan gaya penulisan Josephine Rowe menawarkan pengalaman membaca yang lambat namun penuh makna. Dengan memadukan keindahan bahasa, narasi yang mendalam, dan tema-tema emosional yang kompleks, Rowe berhasil menciptakan karya-karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung lebih dalam tentang kehidupan, hubungan manusia, dan cara kita memahami serta mengingat masa lalu.
Menurut Rahmad Habib Oktaza Putra,salah satu mahasiswa Universitas Andalas yang baru saja membaca beberapa karya Josephine Rowe,dia berpendapat bahwa Rowe benar benar memiliki gaya penulisan yang berbeda,dia menulis dengan cara yang sangat puitis,ia merasa bahwa setiap kata yang dia tulis terasa penting dan seolah olah kita sedang membaca puisi,meskipun sebenarnya sedang membaca prosa,ia sangat suka bagaimana Rowe membuat cerita yang penuh emosi,tanpa drama yang berlebihan,hanya kata kata yang sederhana namun penuh makna.
Secara keseluruhan, Rahmad berpendapat bahwa Tulisan Rowe itu indah,meskipun sederhana,dia mempunyai caranya sendiri untuk menyentuh hati pembaca.
Pendapat selanjutnya berasal dari Ahmed Zacky Reski.Mahasiswa S1 Sastra Inggris Universitas Andalas,ia berpendapat bahwa karya karya Rowe bisa menjadi adaptasi yang menarik untuk penulis asal Indonesia,gaya penulisannya sangat puitis dan bisa menarik minat para pembaca.
Disisi lain,Ahmed berpendapat bahwa keindahan alam yang sering ada dalam karyanya Rowe dapat ditransformasikan dengan keindahan alam Indonesia,gaya penulisannya yang unik ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi penulis asal Indonesia untuk menghasilkan karya karya baru yang segar sambil menghormati nilai nilai dan budaya yang ada di Indonesia.
Pendapat berbeda datang dari Rivo Efendi,Mahasiswa D3 Akuntasi Universitas Andalas,ia berpendapat bahwa gaya penulisan Josephine rowe terlalu rumit dan sulit dimengerti,ia merasa karyanya sering melompat lompat dalam waktu dan alur nya sering tidak jelas,membuat Rivo kebingungan dengan alur ceritanya.
Rivo juga berpendapat bahwa meskipun deskripsi tentang alam yang ditulis oleh Rowe memang cantik,tetapi kadang terlalu Panjang dan membuat ia kehilangan fokus pada ceritanya Josephine Rowe.Selain itu,tema tema kesepian dan trauma yang sering diangkat oleh Rowe terasa sangat abstrak,ia berharap Rowe bisa menambahkan lebih banyak momen positif atau harapan dalam ceritanya.Meskipun bahasanya indah,ia merasa bahasanya tidak singkron dengan tema kegelapan,membuat ceritanya terasa sangat berat dan sulit dipahami.
Secara keseluruhan,gaya penulisan Rowe menawarkan bahasa puitis dan tema yang mendalam,karya karyanya yang sering berlatar di Australia,dapat memberikan pengalaman membaca yang kaya dan emosional.Meskipun mungkin ada tantangan dalam mengadaptasi karyanya ke dalam konteks budaya Indonesia, ada juga banyak peluang untuk menciptakan interpretasi yang segar dan relevan. Dengan mempertimbangkan nilai-nilai dan keindahan alam Indonesia, adaptasi tersebut dapat membawa pesan Rowe kepada audiens yang lebih luas, sambil tetap menjaga esensi dari karya aslinya. Secara keseluruhan, Josephine Rowe memiliki potensi untuk menginspirasi dan menggugah pemikiran bagi pembaca di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Oleh: Radja, Mahasiswa Prodi Sastra Inggris,Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Andalas
(Radja)
Komentar