Penulis: Marjeni Rokcalva
BANDUNG - Trending topic pembahasan dan informasi di berbagai mass media saat ini dipenuhi oleh informasi seputar pandemi covid 19 atau lebih dikenal dengan sebutan virus Corona. Berbagai informasi terkait hal tersebut, ada yang benar dan tentu ada juga sebagian yang tidak benar (hoaks). Apalagi kalau rujukannya ke sosial media, semua bisa berpendapat, menulis dan berargumen dengan persepsinya masing-masing. Tentu ada juga sebagian yang hanya suka forward informasi dari yang lainnya.
Terkait hal ini, kami menghubungi Pemerhati Kekuatan Fikiran (Mind Power), DR. Dede Farhan Aulawi melalui sambungan telepon di Bandung, Kamis (26/3/2020). Dia mengatakan bahwa setiap informasi yang masuk pada seseorang akan direkam oleh alam bawah sadarnya (subconcious mind), dan pada akhirnya akan berpengaruh pada kondisi psikis yang bersangkutan, terus mempengaruhi sistem kekebalan tubuhnya, dan akhirnya berpengaruh pada stamina dan kesehatan dirinya. Jika informasi yang direkam lalu direspon secara positif tentu baik, tetapi jika sebaliknya direspon negatif maka menimbulkan kepanikan dan kecemasan yang tentu sangat berpengaruh pada kesehatannya.
Kemudian Dede juga menambahkan bahwa secara teoritis sebenarnya gampang, yaitu harus pintar memilih informasi yang benar atau tidak, lalu sikapi secara positif. Persoalannya untuk saat ini terkadang sulit membedakan informasi yang benar dan hoaks. Dan tidak sedikit juga yang terjebak pada sistem auto respon yang negatif. Disinilah dibutuhkan kedewasaan dan keterampilan berfikir untuk membangun konstruksi fikiran yang positif tadi. Ujar Dede.
Contoh nyata saat ini dengan ramainya informasi pandemi covid 19 yang berseliweran di wag misalnya. Kadang tidak sadar antara diseminasi informasi dengan provokasi ketakutan tidak disadari. Akhirnya banyak masyarakat yang menjadi sakit oleh "fikirannya" sendiri.
Oleh karena itu ada baiknya untuk membatasi diri dalam membaca berbagai informasi yang berseliweran di medsos, apalagi kebenaran informasinya diragukan. Berhenti juga memforward informasi yang hoaks atau diperkirakan bisa menimbulkan dampak ketakutan, terutama terkait virus Corona seperti saat ini.
" Sebagai pedoman ikuti saja saran atau himbauan dari Pemerintah, terkait upaya pencegahan dengan menjaga kebersihan termasuk social atau physical distancing. Lalu perbanyak bahan bacaan yang bisa membangkitkan motivasi dan fikiran positif. Oleh karena itu setiap orang hendaknya membangun narasi yang positif dalam menyebarkan informasi tentang Corona ini ", ungkap Dede.
Apa yang dibaca atau didengar terkait informasi Covid-19 ini, bahkan meskipun jika informasinya tidak benar sekalipun, bisa terekam di alam bawah sadar. Semakin diulang-ulang terbaca atau terdengar informasi tersebut di pikirannya, semakin kuat informasi ini jadinya, dan semakin berpengaruh untuk membangkitkan kecemasan atau ketakutan. Akhirnya timbullah apa yang disebut Coronaphobia, yaitu rasa takut yang berlebihan terhadap Corona. Semakin merasa cemas atau takut, akhirnya semakin banyak hormon stres diproduksi oleh tubuhnya, dan semakin melemah sistem kekebalan tubuhnya, maka semakin besar pula kemungkinan jatuh sakit.
" Saat ini hampir semua orang sudah tertular virus pikiran yang membuat mereka cemas, khawatir, takut, atau phobia. Dan bahaya ini sesungguhnya lebih berbahaya dari virusnya sendiri. Jadi sekali lagi, mari bangun konstruksi narasi yang positif sehingga tidak menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan ", ajak Dede sembari mengakhiri percakapan. MR
Komentar