Penulis: Marjeni Rokcalva
JAKARTA - Wabah Virus Corona (Covid-19) yang sedang terjadi di Indonesia membuat dunia usaha mati suri, termasuk kalangan pengusaha UMKM yang bergerak di bidang sampah. Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) yang melakukan pendataan hingga akhir Maret 2020 lalu, menemukan sekitar 90% pengusaha sampah UKM diseluruh Indonesia sedang mengalami tekanan usaha dan 50% lebih saat ini memilih menutup kegiatan usahanya.
Tak hanya itu, kata Ketua Umum APSI, Saut Marpaung, SE, Minggu (5/4/2020), imbas wabah Corona pabrik daur ulang sampah khususnya material plastik banyak berhenti beroperasi berakibat berhentinya rantai supply bahan baku plastik dihulu pada level pengumpulan. "Di lapak-lapak daur ulang bahan baku plastik banyak menumpuk tidak bisa dijual, tidak ada perputaran uang untuk membeli sampah plastik terpilah ke pemulung dan bank sampah," tegasnya.
Saut juga menjelaskan, dampak rendahnya serapan sampah terpilah menambah jumlah sampah plastik terbuang ke TPA dan ke lingkungan kian memperburuk kondisi kesehatan masyarakat.
Baca Juga
- APBD-P Sumbar 2021 Masih Fokus Untuk Penanganan Dampak Covid-19
- Warga PKH Air Dingin Sawahlunto Terdampak Covid-19 Terima Bantuan Untuk Tiga Bulan
- Peduli Dampak Covid-19, Wagub Nasrul Abit Bagikan Sembako ke Masyarakat Sungai Abang
- Bagini Model Bantuan Bagi Pelaku UMKM Terdampak Covid-19 di Sumbar
- Wako Mahyeldi: Sudah Rp77 Milyar Lebih Bantuan Dampak Covid-19 Disalurkan di Padang
Untuk mencegah penularan virus Corona disektor pengumpulan sampah, kami juga mendorong pemerintah untuk segera menyediakan APD yang cukup bagi pengusaha sampah ukm yang masih beroperasi, APSI siap untuk mengawal pendistribusiannya.
Sebelum wabah Corona merebak, dipertengahan tahun 2019 harga sampah plastik sudah tertekan lebih dahulu efek rendahnya harga bahan baku plastik virgin, minimnya harga jual menurunkan minat pengusaha sampah mengumpulkan sampah plastik, pemulung dan bank sampah hanya fokus pada sampah plastik tertentu yang berat dan tebal saja seperti botol PET, jerigen botol HDPE dan PP emberan, sementara yang ringan seperti sedotan, styrofoam, kresek kantong plastik telah ditinggalkan, pandemi Corona telah memperparah situasi semakin sulit.
"Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah atas pengetatan impor sampah kertas, sejak awal Maret 2020 pengamatan kami harga material sampah kertas berangsur naik merangsang pengumpulan yang lebih cepat dan masif, ditengah keterpurukan material plastik, kenaikan harga kertas sedikit menolong meringankan tekanan sebagian anggota untuk bisa bertahan," sebutnya. Rel/MR
Komentar