Penulis: Marjeni Rokcalva
PADANG - Sektor Pariwisata Sumbar mendapat pukulan hebat akibat wabah pandemi Virus Corona (Covid-19) dan dampaknya sangat dirasakan oleh pelaku wisata. Sejumlah hotel terpaksa ditutup sementara karena tidak mampu lagi membiayai biaya operasional. Dampak luar biasa juga dirasakan oleh ribuan pekerja yang menggantungkan hidup dari transaksi wisata ini.
"Hotel jelas sangat terpukul, dari 110 hotel anggota Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Sumbar, sampai hari ini sudah 26 hotel yang memilih untuk tutup," sebut Ketua PHRI Sumbar, Alan Maulana Yusran, melalui wawancara online dengan IJTI Sumbar lewat aplikasi daring, Selasa sore (7/4/2020).
"Sedangkan dampak yang lebih nyata adalah sekitar 2500 karyawan hotel terpaksa dirumahkan dan sebagian besar tanpa dibayar," sambungnya.
Baca Juga
- Miris! Nongkrong dan Merokok di Pinggir Pantai 2 Palajar Perempuan Diamankan Pol PP Padang
- Bupati Pessel Hadiri Pencanangan WBK WBBM Oleh Kejari Donna Rumiris Sitorus
- Miris! Begini Curhat Atlet PON Sumbar Setelah 2 Bulan Lebih Berlatih Tanpa Uang Saku
- Miris, Sebagian Warga Disabilitas Sumbar Belum Dapat Bantuan Program PKH
- Miris! Empat Tahun Mengabdi, Pria Ini Dipecat Kepsek Dalam Sidang Komite Sekolah
PHRI meminta pemerintah untuk memberikan stimulus yang nyata terhadap hotel dan restoran. Sehingga beban biaya selama masa tanggap darurat ini bisa diminimalisir
"Pemerintah seharusnya memberikan stimulus dalam bentuk keringan pembayaran Pajal Bumi dan Bangunan, maupun pembayaran listrik, ini sangat membantu hotel, tapi kalau yang dipotong adalah pajak hotel dan restoran, sama saja tidak ada arti, karena biasanya pajak tersebut dibebankan ke tamu," kata Alan.
Selain hotel dan restoran, pramuwisata juga mengalami dampak yang besar. Bahkan hampir seluruh pemandu wisata tidak lagi beraktivitas.
"Ratusan anggota HPI kini sangat stressfull, mereka terpaksa berada di rumah, karena tidak ada lagi job dari agen travel," sebut ketua HPI Sumbar, Buddy.
Praktisi pariwisata ini mengaku akan mengalami masa resesi panjang, karena sulit memprediksi kapan wabah ini berakhir.
Ketua Pusat Studi Pariwisata Unand DR. Sari Lenggogeni menyebutkan, butuh waktu lumayan panjang untuk bisa melakukan recoveri (perbaikan) kembali sektor pariwisata Sumbar. Mengambil kasus Bom Bali I dan II saja, itu butuh waktu tujuh bulan bagi dunia wisata bergeliat.
"Kalau adanya wabah Covid-19 ini, sepertinya butuh waktu lama sektor pariwisata bisa bangkit, mengingat kapan wabah ini berakhir masih belum bisa diprediksi, apalagi bila masyarakat masih belum mau menerapkan protokol kesehatan dengan baik," katanya.
Ia menyebutkan, belum adanya vaksin dan tingkat kepercayaan kepada pemerintah dalam menangani pandemi yang masih rendah, menambah rentang waktu wabah ini bisa segera bisa diatasi. MR
Komentar