Penulis: dio | Editor: Marjeni Rokcalva
TUAPEIJAT - Tropical Forest Conservation Action (TFCA) for Sumatera beserta Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti bersinergi menyusun rencana aksi strategis periode 2019-2021 dalam Rencana Pengembangan Ekowisata di Kawasan Desa Penyangga Taman Nasional Siberut.
Wakil Bupati Kepulauan Mentawai, Kortanius Sabeleake menyampaikan bahwa tujuan dari kerjasama ini agar Taman Nasional Siberut dapat dikelola dengan baik, sistematis, dan memiliki standar.
"Belum ada Perda yang mengatur dan retribusi yang dihasilkan pada kawasan tersebut. Dengan kajian Trisakti, kita mengharapkan dinas Pariwisata akan membuat Perbup / Perda supaya kita memiliki standar, terorganisir dengan baik dan paling penting masyarakat mendapatkan manfaat," papar Korta di aula Bappeda beberapa waktu lalu.
Menurutnya, ekowisata itu harus holistik dari aspek budaya, alam, sosial, ekonomi, kuliner, dan lain sebagainya serta ada keterlibatan masyarakat di dalamnya dalam konteks mempromosikan pariwisata sehingga ada benefitnya bagi masyarakat dalam segi ekonomi juga tidak sekedar menjadi penonton.
Diketahui Taman Nasional Siberut memiliki flora fauna endemik yang diantaranya pemandangan alami hutan, display budaya, kuliner, anggrek Mentawai, Simakobu dan Bilou, (monyet khas Mentawai).
Lebih lanjut Korta menerangkan bahwa eksistensi flora fauna di Siberut perlu dikaji lebih dalam dan diteliti oleh generasi penerus.
"Ke depan kita mau kaji termasuk rute dan tempat. Kita mendorong masyarakat nantinta terlibat. Kita akan membuat alur maupun objeknya melalui Dinas Pariwisata atau stakeholder terkait," imbuh Korta.
Ia juga menambahkan bahwa mekanisme guide yang membawa turis ke lokasi juga akan diatur.
"Selama ini cuma satu golongan saja. Jadi ini kita atur agar semua mendapat kesempatan. Selain itu ada Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk guide juga. Ada edukasi terkait kearifan lokal di Mentawai, apa yang boleh dilakukan dan tidak," tutupnya.
(dio)
Komentar