Rektor UNP Prof. Ganefri, Ph.D. Ajak Jamaah Idul Adha Mematuhi Protokol Kesehatan Covid-19

Penulis: ET | Editor: Medio Agusta

Padang-Pada pelaksanaan hari raya Idul Adha tahun ini, dicatat di dalam sejarah bahwa jutaan umat Islam dari Indonesia tidak dapat melakukan ibadah haji ke Makkah yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan pelaksanaan salat Idul Adha dilaksanakan dengan kesiapsiagaan atas penyebaran pandemi Covid-19 tersebut.

Hal itu ditegaskan oleh Rektor Universitas Negeri Padang Prof. Ganefri, Ph.D. dalam sambutannya mengawali rangkaian kegiatan salat Idul Adha yang dilaksanakan pada Jumat (31/7) pagi ini bertempat di Lapangan Rektorat Universitas Negeri Padang.

Lebih lanjut Rektor Universitas Negeri Padang Prof. Ganefri, Ph.D. mengajak jamaah untuk tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19 agar kita tetap mengantisipasi penyebaran pandemi Covid-19.

Baca Juga


Salah satu yang amat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan ini adalah keteladanan dari figur-figur yang bisa diteladani. Dengan adanya keteladanan, kita memiliki tolok ukur untuk menilai perjalanan hidup kita sudah baik atau belum.

Demikian disampaikan oleh Khatib Idul Adha, Prof. Dr. Awis Karni, M.Ag. staf pengajar Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi/Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang dalam khutbahnya yang disampaikan di hadapan jamaah pada bertempat di Lapangan Rektorat Universitas Negeri Padang.

"Oleh karena itu, hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah untuk menjadi nabi dan rasul yakni Nabi Ibrahim beserta keluarga Ismail dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad harus mampu mengambil keteladanan darinya," jelas Prof. Dr. Awis Karni, M.Ag. dalam khotbahnya yang berjudul "Mengambil Teladan dari Kisah Ibrahim dan Keturunannya dalam Membangun Agama Tauhid dan Umat".

Lebih lanjut Prof. Dr. Awis Karni, M.Ag. menjelaskan Nabi Ibrahim mendakwakan dan memperjuangkan keesaan Allah di hadapan orang tuanya dan kaumnya serta menjelaskan keesaan Allah itu dengan logika yang sederhana, tetapi sangat mendasar.

"Ibrahim dengan logika yang sangat kuat mau membuktikan bahwa Tuhan yang mereka sembahyang itu adalah tidak benar. Hal ini adalah perjuangan yang sangat berat. Nabi Ibrahim mau melakukannya walaupun memiliki resiko yang sangat berat pula," tambah Prof. Dr. Awis Karni, M.Ag. (ET)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru