Penulis: Marjeni Rokcalva
JAKARTA - Penyebaran virus SARS-CoV-2 masih menjadi musuh bersama. Rantai penularan COVID-19 melampaui batas wilayah administrasi seiring mobilitas manusia yang tinggi. Penyebaran virus hingga ke wilayah dengan akses sulit pun harus dilakukan untuk memastikan pandemi berakhir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan armada yang dimiliki, yakni helikopter, mengerahkan untuk mendukung penanganan COVID-19 di Tanah Air. Helikopter dengan kode PK-CFS sangat membantu untuk menjangkau wilayah-wilayah kepulauan dan bahkan kawasan terpencil sekalipun. Melalui layanan transportasi helikopter, penanganan bencana dapat dilakukan dengan cepat. Namun, pengoperasian armada ini tentu dengan biaya yang tidak sedikit. Pemanfaatan helikopter dilakukan BNPB dengan tepat sehingga operasi berjalan efektif dalam konteks waktu, manfaat dan biaya operasional.
Hal tersebut diperlihatkan saat helikopter yang dihadirkan BNPB pada pertengahan Februari 2020 lalu membantu operasi penanganan COVID-19 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Helikopter yang berbasis di NTT ini melakukan pendistribusian logistik sekaligus pengambilan hasil spesimen pengujian COVID-19.
Baca Juga
- Wagub Sumbar: Pusat dan Daerah Menjadi Kewenangan Masing-masing Tangani Covid-19
- Gubernur Irwan Prayitno Jelaskan 4 Strategi Tangani Covid-19 di Sumbar
- Kota Payakumbuh Bersiap Menuju Kehidupan Era New Normal
- Sayangi Tenaga Kesehatan, Dukung Mereka Tangani Covid-19 dengan Mengubah Perilaku
- Fokus Tangani Covid-19, APBD Kabupaten Solok Tidak Lagi Fokus Penuhi Target RPJMD 2020
"Heli BNPB dropping logistik Covid dan pulangnya menjemput spesimen hasil uji Covid ke daerah terpencil di NTT," kata Plt. Deputi Bidang Penanganan Daerah BNPB Dody Ruswandi kepada Kepala Satgas Penanganan COVID-19 melalui pesan digital, Selasa (22/9/2020).
Desa terpencil yang dimaksudkan yaitu di Kampung Wae Rebo yang berada di Desa Satarlenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, NTT.
Helikopter mendarat pada punggung bukit kecil yang diratakan sehingga pendaratan berlangsung dengan aman. Kisah menarik dari pendaratan ini ketika ketua adat setempat membuat helipad untuk pendaratan helikopter.
Selama beroperasi di NTT, helikopter ini mengangkut 214 spesimen tes COVID-19 dari daerah-daerah terpencil di NTT pada pekan lalu. Dari seluruh spesimen yang dilakukan oleh para petugas kesehatan setempat, tercatat ada 30 spesimen tes yang dinyatakan negatif dan sisanya masih dalam pengujian laboratorium.
Helikopter BNPB ini sebelumnya digunakan untuk kesiap-siagaan bencana, evakuasi, kegiatan SAR, dan sekaligus mengawal kegiatan pariwisata di Labuanbajo yang sudah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu kawasan wisata utama yang disebut sebagai "Bali Baru".
Sejak terjadinya pandemi COVID - 19 kawasan NTT yang terdiri dari kepulauan sangat sulit diakses oleh sarana transportasi karena banyak penerbangan dan kapal tidak beroperasi.
Mengingat sudah tersedianya Helikopter BNPB dengan home base di Labuanbajo, helikopter tersebut juga digunakan oleh Pemerintah Provinsi NTT untuk membantu mengatasi sistem transportasi yang berhenti karena pandemi COVID - 19.
"Helikopter BNPB, yang memang ditempatkan standby di home base Labuan Bajo, membantu pengambilan sample specimens test Covid-19 di daerah-daerah terisolir di NTT," papar Plt. Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Dody Ruswandi.
"Alhamdulillah kegiatan dukungan helikopter BNPB tersebut sangat membantu masyarakat dan pemerintah daerah setempat sehingga pelayanan publik di bidang kesehatan dapat teratasi.
Sesuai perintah Kepala Negara, Presiden Jokowi, bahwa negara harus hadir di manapun sampai pelosok negeri ini, demi kemanusiaan," ungkap Dody Ruswandi yang dihubungi pada Rabu (23/9) pagi ini. Rel/MR
Sumber: Tim Komunikasi Publik Satgas Penanganan COVID-19
Komentar