Mengenal Konsep Independent Hiking, Cara Aman Mendaki Gunung

Penulis: Marjeni Rokcalva

SUDAH lima tahun terakhir saya mempraktekan konsep "mendaki mandiri" (independent hiking): semua perlengkapan dan logistik bawa sendiri, sekalipun mendaki secara grup, jadi tidak bergantung pada pendaki lain.

Konsep mendaki mandiri lebih untuk alasan safety atau keamanan, untuk antisipasi andai terpisah dari grup, saat kehujanan, dll. Kenyamanan dan privasi sifatnya bonus saja.

Berbeda halnya saat perlengkapan dan logistik dibawa terpisah dengan cara dibagi-bagi antara anggota grup. Misalnya, saat seorang pendaki berjalan paling belakang dan perut lapar, sering kejadian logistik dibawa rekan yang jalan di depan berjarak cukup jauh.

Akhirnya si pendaki terpaksa menahan lapar. Ini sangat berbahaya, selain jadi kurang bertenaga, juga rawan terserang hipotermia.

Sering pula kejadian pendaki membawa tenda biasanya jalan lebih dulu, ini agar tenda siap berdiri di camping ground sebelum rombongan tiba.

Pada sisi lain, andai ada anggota rombongan yang terpisah jauh di belakang, misalnya karena cidera, tak mampu lanjutkan perjalanan, sehingga butuh tenda untuk tempat berteduh.

Bayangkan, andai hari hujan dan pendaki cidera tersebut tak ada tempat untuk berteduh. Nyawa taruhannya.

Dalam konsep mendaki mandiri, semua lengkap bawa sendiri: ada tenda, makanan atau logistik, peralatan masak, kantong tidur, matras atau kasur tiup, bantal tiup, P3K, pakaian ganti, dll.

Saat terjadi kondisi darurat, semua kelengkapan penyelamat ada di dekat si pendaki.

Karenanya, pendaki mandiri (independent hiker) wajib mengenal cara mandiri pertolongan pertama pada kecelakaan, mengenal jalur secara mandiri, selain tentu saja membawa perlengkapan dan logistik secara mandiri.

Karena mendaki mandiri, maka otomatis bawaan seringan mungkin. Pilih peralatan berbobot ringan (ultralight): tenda khusus untuk 1 orang; logistik secukupnya saja sejumlah hari pendakian + 1 hari untuk jaga-jaga; kompor dan alat masak yang ukuran kecil dan ringan; dan seterusnya.

Dengan demikian, konsep independent hiking beririsan dengan konsep ultralight hiking. Karena sudah barang tentu sulit menerapkan konsep mendaki mandiri apabila peralatan dan logistik serba berat.

Sepengalaman saya nih ya, untuk pendakian 2-3 hari, cukup bawa tas dengan volume 25-35 liter. Pandai-pandai atur manajemen packing.

Sering kali penulis bawa tas hanya 35 liter dan itu cukup untuk memuat semua peralatan dan logistik pendakian selama 2-3 hari.

Bahkan, saat mendaki Kerinci selama 3 hari 2 malam, penulis bawa tas cukup 28 liter. Bobot total tas dengan isinya berkisar 6,5 kg.

Berat badan penulis 68 kg, maka bobot tas 6,5 kg tersebut jauh dibawah batas standar maksimal beban yang direkomendasikan yaitu 1/3 dari berat badan.

Dengan beban seringan itu, perjalanan terasa sangat menyenangkan. Tidak perlu mengalami keletihan karena beban bawaan yang berat. Sesampai di camping ground terakhir sebelum puncak, sisa tenaga masih memadai untuk menikmati suasana.

Berbeda andai bawa beban terlalu berat, sampai di camping ground akan keletihan, sering kali sisa tenaga tak memadai untuk melawan hawa dingin, sehingga rawan hipotermia.(***)

SUTOMO PAGUCI (Advokad,penghobi aktivitas luar ruang)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru