Penulis: humas | Editor: Marjeni Rokcalva
PADANG - Dipantai Air Manis Kecamatan Padang Selatan ada yang lebih menarik menjadi perhatian para pengunjung, yaitu sebuah keramaian, dihari biasa tak pernah terjadi, kali ini sebuah helatan yang luar biasa yaitu digelar acara Tradisional Doa Tolak Bala oleh Masyarakat Air Manis yang sudah menjadi tradisi selama ini, Rabu (23/10)
Lebih manarik lagi disaksikan yaitu iringan - iringan puluhan becak ditumpangi masyarakat menuju pantai air manis dengan mengumandangkan dan menyebut nama - nama Allah secara bersama-sama.
Di dalam rombongan terdepan terlihat Wakil Walikota Padang Hendri Septa bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Arfian dan Camat Padang Selatan Fuji Astomi serta beberapa pejabat lainnya. Terlihat juga di barisan kaum hawa anggota DPRD Irawati Meuraksa serta para bundo kanduang.
Baca Juga
- Pemprov Sumbar Fasilitasi Pemulangan 4 Orang Warga Pasca Dievakuasi dari Lebanon
- Obati Kerinduan, Naga-Ri Terus Jalani Silaturahim dengan Warga Padang Panjang
- Warga Nagari Sungai Duo Dharmasraya Terima Bedah Rumah Baznas dan Polres
- Pemprov Sumbar Sediakan Anggaran Bantuan Hukum bagi Warga tak Mampu
- Paguyuban Warga Sunda se-Sumatera Barat Raker di Hall Bukit Lampu Padang
Rupanya, masyarakat Kelurahan Air Manis, Kecamatan Padang Selatan Kota Padang Sumatera Barat, tengah memohon kepada Sang Pencipta agar daerah itu dijauhi dari bala bencana dan mara bahaya. Permohonan itu disampaikan melalui doa bersama setelah menunaikan shalat Asyar berjamaah di masjid tertua di daerah itu.
Keramaian yang diikuti hampir seluruh warga sekampung itu juga menarik bagi pengunjung. Menarik, karena rombongan warga itu menumpang puluhan becak menuju ke arah pantai dan sambil melantunkan asma Allah.
Setiba dipantai, pimpinan rombongan mengambil tempat yang sudah disediakan, yaitu bentangan tikar untuk duduk bersama. Kemudian Asma Allah kembali terdengar, sementara warga yang lain berebut mengambil air dari sebuah sampan. Konon air itu adalah semacam ramuan atau "purasan" untuk dipercikkan kepada setiap warga.
Menurut Wakil Walikota Hendri Septa, ini sebuah kebiasaan atau tradisi di kalangan masyarakat Pantai Air Manis yang sudah turun temurun dilaksanakan. Akan tetapi acara intinya adalah permohonan masyarakat kepada Sang Pencipta, Allah SWT setelah didahului shalat fardhu (Asyar) di masjid tertua dibukit Air Manis.
"Tradisi ini bisa kita kemas menjadi sesuatu yang menarik bagi wisatawan. Substansinya tentu tidak dinafikan, yaitu bermohon kepada Allah dan tidak dicampuradukkan," ujar Hendri Septa.
Wawako memerintahkan langsung Kepala Disparbud untuk merancang program dengan memasukkan tradisi rang Bukit Air Manis tersebut sebagai agenda pariwisata, ujar Hendri Septa.
"Diharapkan tahun depan didukung anggaran dan dihelat lebih menarik lagi, sehingga warga Bukit Air Manis semakin lebih dekat dengan Sang Pencipta dengan digelar helat tolak bala" harapnya Wawako.
Sementara itu, menurut tokoh masyarakat setempat, permohonan kepada Allah secara bersama-sama dipimpin pemuka agama Islam lazim disebut sebagai tolak bala.
"Ini semacam permohonan doa masyarakat agar terhindar dari bencana dan mara bahaya. Secara tradisi sudah dilaksanakan oleh para pendahulu," kata Rosman yang merupakan tokoh di Air Manis.
Alek tolak bala itu diakhiri dengan makan bersama di pantai yang juga terkenal dengan batu Malin Kundang ini.
(humas)
Komentar