Sekolah Tatap Muka Dimulai di Padang Panjang, Ini Kata Guru dan Siswa

Penulis: MR/Lex/YULI GUSLINDA | Editor: Marjeni Rokcalva

PADANG PANJANG - "Ondehhh... indak ado lai, alah rindu kami sadonyo di siko jo senyum dan tingkah laku anak-anak didik kami," kata Kepala SMPN 5 Padang Panjang Ermita, S.Pd saat menyambut kedatangan siswa-siswinya ke sekolah, Senin (11/1/2021).

Dia berdiri di depan gerbang sekolah sejak jam 06.45 pagi. Memantau langsung apakah siswanya yang datang memakai masker. Memastikan membawa bekal sendiri. Serta mencuci tangan terlebih dahulu.

Diceritakannya, sempat tadi dirinya --saat menunggu siswa di luar gerbang-- bercerita dengan salah seorang orang tua murid. Orang tua tersebut menyampaikan rasa syukur akhirnya anaknya sekolah. Karena selama di rumah, anaknya kurang mengerti dan paham jika tidak diterangkan pembelajarannya.

Baca Juga


Ermita juga mengatakan, sebelum sekolah tatap muka ini berlangsung, semua guru di sini sudah melakukan swab. "Alhamdulillah hasilnya negatif. Karena itu hari ini bisa melaksanakan PTM," tuturnya.

Kata Ermita, banyak persiapan yang telah disiapkan sekolah. Mulai dari administrasi yang berisi persetujuan dari tenaga pendidik, komite dan orang tua siswa. Menyiapkan kelas dengan setiap bangku siswa diberi label nama yang genap dan ganjil. Siswa genap akan masuk dengan genap dan ganjil akan masuk dengan ganjil.

"Satu hari mereka tatap muka dan satu hari mereka akan belajar daring. Setelah tatap muka ini, mereka akan dikasih tugas untuk besok harinya oleh guru. Besok harinya lagi, mereka tatap muka, begitu seterusnya," jelasnya.

Di sini, lanjutnya lagi, setiap guru yang mengajar wajib memakai masker. Untuk menjaga agar siswa tidak berkerumun, para guru akan menjaga semua siswanya saat jam istirahat berlangsung. "Begitu juga nanti sepulang sekolah, semua siswa tidak pulang dengan melewati satu gerbang saja. Kami sudah menyiapkan untuk kelas 8 dan 9,keluarnya lewat pintu belakang dan kelas 7 lewat pintu depan," ungkapnya.

Ermita merasa sedih ketika pandemi melanda. Karena setiap hari, siswa-siswi selalu bertanya-tanya di group WA, "Buk, bilo sekolah liak buk. Bilo kami bisa baraja takah biaso liak buk".

"Alhamdulillah, akhirnya rindu kami terobati. Rindu anak-anak terlepaskan, karena hari ini kita sudah memulai PTM. Kita berharap semoga ini berjalan dengan baik dan lancar, serta pandemi ini segera menghilang," harapnya.

Rasa Mimpi

Bagi Nadia Syahrani, kembalinya pembelajaran tatap muka (PTM) disambutnya penuh suka ciata. Betapa tidak, segala perlengkapan; buku, pensil, pena dan alat-alat tulis lainnya, serta --yang terpenting-- masker, sejak tadi malam telah disiapkan Nadia Syahrani untuk ke sekolah.

Jam 05.15 WIB, dia sudah terbangun dari tidurnya. Seperti mimpi di pagi hari, kalau dirinya akan berangkat ke sekolah lagi. Akan bertemu dengan guru serta teman-teman seperjuangannya.

Dengan semagat dan senyum yang indah, Nadia siap-siap berangkat ke sekolah. Membawa bekal. Tidak lupa berpamitan dengan orang tuanya yang saat itu juga akan pergi ke sawah.

Sesampai di gerbang sekolah, ia turun dari motor dan langsung berlari menuju pos satpam sekolah. Di situ dia melakukan pengukuran suhu tubuh, dan mencuci tangan sebelum masuk gerbang sekolah.

Dengan langkah 45, Nadia berjalan di lorong sekolah sambil menghela nafas dan berkata, "Alhamdulillah akhirnya bisa kembali sekolah lagi. Bertemu dengan guru dan teman-teman."

Setibanya di depan pintu kelas 8.1, Nadia histeris saat melihat teman-temannya. "Ya Allah.., lah ampia sataun ndak sobok. Biasony videocall se wak rami-raminyo."

"Akhirnya belajar tatap muka juga. Belajar sama guru bareng teman-teman semua. Biasanya belajar sendiri di rumah. Banyak kendala yang Nadia hadapi," kata Nadia kepada Kominfo saat ditemui di sekolahnya, SMPN 5, Senin (11/1).

Bagi Nadia yang hanya seorang anak petani, belajar daring itu sangat menjadi kendala baginya. Dikarenakan untuk membeli HP, ditambah lagi paket setiap minggu, sangat susah.

Belum lagi kendala jaringan yang kadang hilang, kadang bagus, menjadi masalah yang menyebalkan bagi Nadia. Berbeda jikalau belajar di sekolah. Dia langsung terima pembelajaran dari guru. Diterangkan sejelas-jelasnya. Apa yang tidak dipahami, bisa langsung ditanyakan.

"Belajar lebih efektif dan kondusif jika di sekolah. Rindu sama guru dan teman-teman pun juga terobati," tutupnya. (MR/Lex/YULI GUSLINDA)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru