Unik, Ibu-ibu Nagari Sungai Pinang Pessel Ciptakan Batik Mangrove

Penulis: 07/Je | Editor: Medio Agusta

PAINAN - Setiap minggunya kelompok wanita Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) tampak sibuk membantik tulis di atas sebuah kain berwarna putih yang telah disiapkan.

Tangannya tampak lentur memainkan canting yang digunakan untuk mengambil lilin batik yang telah dilelehkan. Sedangkan dua ibu-ibu lain tampak memberikan pewarna dan penjemuran, setelah beberapa kain selesai di batik.

Ada yang unik dari kerajinan batik yang dilakoni oleh ibu--ibu yang yang termasuk dalam Anak Desa Sungai Pinang (Andespin) ini. Mereka memanfaatkan potensi bahan dari hutan mangrove, untuk menemukan pewarna dalam membuat kerajinan batik. Tentu, motif yang dibuat tidak jauh dari biota laut, seperti ikan, penyu, dan terumbu karang.

Baca Juga


Hidayanti (50) seorang pengrajin batik menjelaskan, dari hasil pewarna dari alam yang ada disekitarnya, ia dapat menemukan beberapa warna seperti merah, coklat, hitam, dan kuning.

"Kami memanfaatkan limbah dari hutan mangrove yang ada di sekitar kami, untuk dijadikan perwarna dalam membantik. Sehingga kami menyebutnya batik mangrove," ucapnya.

Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Pessel merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Sungai Pisang, Kecamatan Bungus, Kota Padang. Daerah tersebut sebelum pandemi Covid-19 masuk dalam daerah tujuan wisata bahari.

Alhasil, selain melaut, perekonomian penduduk menggantungkan diri ke industri pariwisata bahari Kawasan Mandeh yang sedang digandrungi wisatawan lokal dan mancanegara.

Sejak pandemi Covid-19, tak ayal, masyarakat hanya menggantungkan perekonomian hanya disektor perikanan saja.

"Sejak pandemi, industri pariwisata mati suri. Perekonomian masyarakat terganggu. Ibu-ibu yang biasanya menjual makanan kepada wisatawan di sekitaran kawasan Mandeh, terpaksa menggantungkan perekonomian kepada suami yang bekerja sebagai nelayan," ucap David Hidayat (33) pelopor berdirinya usaha batik mangrove di Nagari Sungai Pinang.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Hadi Susilo Senin (22/3) mengungkapkan batik dari mangrove ini benar-benar bisa menjadi salah produk andalan dari Pesisir Selatan terutama Nagari Sungai Pinang.

"Kita telah melihat langsung dan berharap ini bisa berkembang dan mampu menjadi potensi yang bisa diandalkan kedepannya," ujarnya

Berharap agar ekonomi masyarakat terutama masyarakat pesisir kembali bergairah apalagi di tengah kondisi pandemi sekarang ini. Apalagi potensi mangrove di Nagari Sungai Pinang sangat banyak dan mangrove merupakan satu potensi yang melimpah.

"Semoga dengan pengolahan Mangrove menjadi kopi dan batik bisa meningkatkan ekonomi masyarakat nantinya," ujarnya.

Pihaknya mendukung penuh program yang diluncurkan didaerahnya terutama memanfaatkan mangrove yang memang banyak tumbuh didaerahnya. Dengan program ini bisa membantu warga untuk mengembangkan potensi ini selian untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

"Kita berharap program ini bisa berkelanjutan sehingga warga bisa selalu berinovasi dalam berkreasi mengolah mangrove. Dan harapannya warga juga bisa mengambil nilai ekonomi dari program ini," ujarnya. (07/Je)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru