Layang-Layang, Pemainan Anak Nagari di Minangkabau yang Masih Bertahan

Penulis: Marjeni Rokcalva

Di zaman yang serba modern pada saat ini, sudah jarang sekali kita melihat anak-anak kecil yang masih memainkan permainan tradisional. Perkembangan teknologi yang sudah cukup maju membuat minat anak-anak terhadap permainan tradisional mulai menghilang. Miris memang jika dilihat, padahal ada banyak sekali permainan tradisional yang sangat menarik dan seru jika dimainkan bersama-sama. Salah satunya yakni Layang-Layang.

Layang-layang atau dikenal juga dengan layangan. Bagi orang indonesia tentunya nama ini tak asing lagi terdengar ditelinga. Permainan ini adalah permainan tradisional yang sudah tersebar di seluruh pelosok indonesia, meskipun ditemukan dalam berbagai macam bentuk dan berbagai macam nama disetiap daerahnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), layang-layang adalah mainan yang terbuat dari kertas, berkerangka yang diterbangkan ke udara dengan memakai tali atau benang sebagai kendali. Layang-layang biasa dimainkan oleh anak-anak di lapangan, tidak saja anak-anak bahkan hingga orang dewasa ikut memainkannya.

Pada umumnya layang-layang terbuat dari kertas atau plastik yang diberi kerangka dan dapat diterbangkan ke angkasa dengan bantuan angin setelah diikatkan pada seutas tali atau benang. Sebagai permainan tradisional anak nagari, layang-layang ini bukan hanya sekedar permainan namun menyimpan makna yang mendidik karakter generasi bangsa.

Dengan bermain layang-layang anak-anak diajarkan untuk membuat layang-layang sendiri, bukan dengan membeli atau meminta dibuatkan orang lain. Prosesnya tidak bisa dibilang panjang karena tidak bisa instan menjadi layang-layang. Bambu harus diraut hingga halus, ditimbang agar layangan seimbang lalu akhirnya menjadi layang-layang, setelah itu ada lagi proses perekatan kertas atau plastik agar layang-layang ini bisa terbang dengan sempurna.

Bermain layang-layangnya pun harus di tanah lapang. Jangan di dekat pemukiman yang banyak kabel listrik, apalagi di daerah padat yang dapat mengganggu ketertiban. Bermain adalah kesenangan anak-anak. Bermain merupakan kebutuhan anak-anak, namun perlu mengikuti aturan bermain. Jika semua sudah diikuti, maka kesenangan tidak ada penghalang lagi. Secara tidak langsung ada tiga poin penting yang coba ditanamkan sebagai nilai didik dalam permainan layang-laynang yaitu: kemandirian, kepedulian dan kegembiraan.

Dengan permainan ini juga bisa melatih kreatifitas anak nagari. Lihat saja buktinya kita bisa menemukan layang-layang dengan berbagai macam jenis dan bentuk. Khususnya di daerah Minangkabau ada yang layangannya sangat besar hingga berukuran 2 meter dan memiliki ekor yang menjutai begitu panjang, biasanya dikenal dengan layang sumpu dan dimainkan ketika ada festival. Ada yang layanganya berbentuk bulan sabit namun bisa berdengung seperti kumbang, biasanya disebut dengan layang pau-pau. Bahkan ada yang berbentuk seperti kupu-kupu sesuai kreativitas sipembuatnya, karena tidak ada buntuk khusus yang harus diikuti. Tak kalah hebatnya anak-anak yang berusia 6 hingga 10 tahun biasanya juga kreatif dengan membuat layangan kecil hanya menggunakan lidi dan kantong plastik bekas ibunya belanja di pasar.

Hingga sekarang bermain layang-layang tak sekedar bermain, bahkan di perlombakan dengan acara khusus festival layang-layang. Ketika ratusan layang-layang menghiasi langit dengan berbagai macam warna sangat elok mata memandangnya. Peserta festival ini biasanya remaja hingga dewasa, anak-anak belum diizinkan mengikutinya karena masih berbahaya. Hadianya untuk pemenang tak kalah menarik, jika festivalnya besar-besaran hadiahnya bisa berupa satu unit motor.

Di Minangkabau sebelum menuju festival besar, biasanya ada yang namanya "tandiang layang" ini bisa dibilang bentuk latihan sebelum terjun kemedan perang. Tapi jangan salah yang namanya latihan ini bisa kita temukan setiap hari di Minangkabau. Tidak disemua daerah namun pada umumnya seperti itu. Sore hari jika berjalan keliling nagari tenang sekali rasanya suasana yang asri, langin yang dipenuhi layang-layang berwarna warni, apalagi jika berlatar langit senja yang berwarna jingga.

(***) By: Karyn Eka Putri lahir di Sukarami (Mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas).

Loading...

Komentar

Berita Terbaru